Harga Garam Melambung, Pengrajin Tahu di Garut Terancam Gulung Tikar!
wartapriangan.com, BERITA GARUT. Kasus kelangkaan garam baru kali ini terjadi, bahkan kelangkaan garam beryodium ini bukan hanya di Garut saja. Namun kelangkaan garam tersebut merambah di beberapa daerah, sehingga masyarakat sulit mendapatkanya.
Di Pasar Guntur Ciawitali Garut, Keberadaan garam halus maupun kasar yang beryodium menjadi pembicaraan hangat. Bahkan di pasar tersebut hanya satu kios saja yang menjual garam sehingga membuat harga garam melejit.
Dikatakan Ketua APTTI (Asosiasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) Kabupaten Garut, Asep Imam Santoso, kelangkaan garam terjadi pada seluruh jenis, dari mulai kasar, garam meja, maupun garam kotak. Kelangkaan garam ini menurut Asep sudah berlangsung dua minggu.
Ditambahkan Asep Imam, selain langka, harga garam di tingkat grosir maupun eceran mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dibanding kondisi normal. Satu kemasan kecil garam yang biasa dijual Rp 1.500 per bungkus kini naik menjadi Rp 3.000 per bungkus. Bahkan ada yang menembus Rp 7.000 per kilogram.
Akibat tingginya harga garam, membuat sejumlah industri rumahan pembuat tahu mengurangi produksinya hingga 50 persen. Bahkan beberapa pengrajin tahu di Kampung Pasir Cikamiri, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang sudah sepekan berhenti memproduksi.
Seperti dikatakan H Dedih (56), pemilik produksi tahu di Kampung Pasir Cikamiri, para pengrajin mulai resah dengan kelangkaan garam. Dia khawatir tidak akan bisa memproduksi tahu lagi bila harga garam terus melambung.
Lebih jauh H. Dedih mengatakan, dia dan para pengrajin tahu tempe merasa sangat heran. Kenapa garam kok bisa langka seperti ini? Padahal selama ini tidak pernah terjadi. Apalagi jika harga garam bisa lebih dari Rp 7.000, para pengrajin yakin tidak akan bisa memproduksi lagi.
Lebih jauh ketua APTTI mengatakan, kehawatiran kartel garam yang terjadi di Indonesia sangat dirasakan oleh para produsen tahu di Kabupaten Garut. Bahkan jika pasokan garam di pasaran terus seperti ini, bisa membuat para pengusaha tahu banyak yang menurunkan produksinya. (Yayat Ruhiyat/WP)