Film Simbiosis Angkat Ketidakadilan yang Diterima Nelayan Pangandaran

880

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Kebijakan pemerintah sering kali merugikan nelayan tradisional. Bahkan mereka kerap dijadikan obyek eksploitasi para pemilik modal.

Salah satu kebijakan yang merugikan tersebut adalah Usaha Simpan Pinjam (USP) yang sudah ditiadakan oleh Koperasi Unit Desa (KUD).

Kondisi itu memaksa nelayan tradisional Pangandaran terjebak dalam sistem yang salah.

Adalah film dokumenter berjudul Simbiosis, yang menceritakan kehidupan seorang nelayan di Pangandaran. Sutradara Achmad Rezi Fahlevi ingin menggambarkan kehidupan nelayan Pangandaran secara jujur.

Itulah mengapa ia memilih film bergenre dokumenter untuk mengangkat masalah ini ke permukaan.

Film Simbiosis menceritakan kehiudpan seorang Rukman Supriatna atau yang sering di panggil Pak Anang, nelayan tradisional di pangandaran Jawa Barat.

Setiap ingin pergi melaut ia harus meminjam modal kepada juragan untuk melaut dikarenakan (USP) usaha simpan pinjam sudah tidak ada lagi di koperasi unit desa (KUD) minasari.

Sementara sistem pembagian hasilnya 70% untuk juragan dan 30% untuk nelayan yang melaut, 30% itu pun harus dibagi lagi dengan kerabat kerjanya yang ikut melaut.

“Dari sana, kita bisa melihat akhirnya nelayan tradisional jadi objek eksploitasi oleh para pemilik modal,” ujarnya.

Film berdurasi 13 menit ini adalah paket lengkap bagaimana menyelami kehidupan seorang nelayan, mulai bangun tidur, pinjam uang ke juragan, melaut, hingga keseharian di luar melaut seperti jualan di rumah.

Diceritakan, keadaan ini yang membuat Pak Anang harus mencari pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dengan cara berjualan makanan ringan di depan rumahnya dan bahkan ia dan istri harus berjualan umang setiap hari Sabtu dan Minggu.

Riset film simbiosis ini dimulai dari bulan September 2017 sampai bulan Maret 2018.

Rezi dan tim yang merupakan mahasiswa Fisipol UMY jurusan ilmu komunikasi ini dua hingga tiga kali setiap bulannya harus pergi ke Pangandaran untuk riset di sana.

Untuk kemudian melalukan proses produksi selama seminggu di sana.

“Kendala lainnya seperti susahnya mengambil gambar di tengah laut dikarenakan ombak yang cukup besar dan perahu yang kecil membuat kami harus hati-hati agar kamera tidak terkena air ataupun jatuh ke laut,” tambahnya.

Film Simbiosis berhasil diputar dalam pemutaran karya bertajuk Paradok yang digagas oleh mahasiswa Fisipol UMY jurusan Ilmu komunikasi.

Selepas ini, iapun bermaksud untuk menyebar film Simbiosis ke ajang festival film atau ruang pemutaran film alternatif lainnya.

Sumber: TRIBUNJOGJA.COM

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.