HMI Kota Banjar Bedah Persoalan Berkaitan Dengan Isu Proxy War
wartapriangan.com, BERITA BANJAR. Terkait isu Proxy War yang sedang beredar dikalangan masyarakat. Sejumlah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Kota Banjar mencoba membedah permasalahan yang mengancam Indonesia dengan perang tanpa bentuk itu.
HMI cabang Kota Banjar menggelar kajian rutin Rembug Bareng HMI dengan mengambil tema “Proxy War : Antara Demokrasi Liberal dan bercokolnya kepentingan asing”. Bertempat di Sekretariat HMI Cabang Kota Banjar, Minggu (14/10/2018), kegiatan tersebut di isi oleh Alumni Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Arief Hidayat.
Bendahara Umum HMI Cabang Kota Banjar, Muhamad Abdilah menjelaskan, kegiatan seperti ini adalah agenda rutin dari HMI Cabang Kota Banjar. Ini adalah bentuk ikhtiar membangun narasi peradaban intelektual, juga penambahan nutrisi keilmuan untuk para kader HMI di Kota Banjar.
“Karena HMI adalah organisasi kader, maka tentu kajian, dan diskusi adalah bagian daripada rutinitas organisasi,” tuturnya.
Sementara itu, Arief Hidayat, sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut memaparkan dalam kegiatan itu, seiring berkembangnya teknologi, sifat dan karakteristik perang telah bergeser. Pada masa kini, kemungkinan terjadinya perang konvensional antar negara semakin kecil.
“Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh Indonesia, salah satunya adalah proxy war. Proxy war tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik melalui politik, melalui sosial, ekonomi budaya termasuk hukum,” papar Arief.
Lanjutnya, dalam proxy war tidak bisa terlihat siapa lawan dan siapa kawan. Di Indonesia sendiri, hal itu ternyata sudah mulai masuk dan merusak mental serta moral bangsa kita ini.
“Indikasi proxy war di Indonesia antara lain seperti gerakan separatis, gerakan radikal, sistem, peredaran narkoba, pemberitaan media yang provokatif, penyebaran pornografi, gerakan LGBT, dan lain – lain,” lanjutnya.
Masih menurut Arief, agar sebuah negara mampu menangkal serangan proksi, maka harus dibangun smart power (kekuatan cerdas) dengan beberapa aspek selain peningkatan militer. Indonesia juga harus mampu berdikari dibidang ekonomi dan teknologi informasi serta konsisten menjalankan landasan nilai – nilai Pancasila.
“Oleh karena itu kita harus bijak dan bersatu karena ancaman kedepan semakin kompleks dan nyata. Kita perlu antisipasi sejak dini melalui kebersamaan, militansi, memiliki kemauan keras dan sering mengkaji persoalan – persoalan terkini.” Pungkasnya.
(Baehaki Efendi/WP)