wartapriangan.com, BERITA GARUT. Dampak dari turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum terasa pada turunya harga kebutuhan bahan pokok makanan di pasar. Terbukti, kini harga kebutuhan bahan pokok masyarakat semakin hari, semakin melonjak. Sehingga melihat dari hasil lapangan terkini, kebijakan Pemerintah Pusat menurunkan harga BBM, belum mampu mestabilkan harga bahan pokok makanan.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Garut, harga kebutuhan bahan pokok masyarakat terus meroket, misalnya daging, cabe serta kebutuhan kebutuhan lainya. Paling drastis yakni kenaikan harga telur ayam, ada kenaikan harga antara Rp 5.000 sampai Rp 6.000/kg.
Berdasarkan pantauan Warta Priangan, harga telur ayam di Pasar Induk Guntur Ciawitali Garut, Kamis (7/1), mencapai Rp 23.500-Rp 24.000/kilogram. Dengan demikian, harga telur ayam naik sebesar Rp 5.500 sampi Rp 6.000 per kilogram, karena sebelumnya hanya Rp 18.000.
Dari keterangan para pedagang, kenaikan harga telur ayam yang sangat tinggi itu diakibatkan tingginya harga pakan ternak. Hal ini berpengaruh terhadap naiknya harga telur ayam.
Salah seorang pedagang telur ayam di Pasar Guntur Ciawitali, Yadi (45), menyebutkan kenaikan harga telur membuat omset penjualannya menurun drastis. Para pembeli telur langganannya, kini mengurangi jumlah pembeliannya. “Bahkan ga sedikit yang tidak lagi mau membeli. Jelas, ini kerugian buat kita sebagai pedagang,” ujarnya.
Diterangkan Yadi, biasanya omset dalam satu minggu, rata-rata 6 atau 7 ton telur terjual. Namun akhir-akhir ini untuk bisa menjual telur sebanyak itu diperlukan waktu lebih dari dua bahkan sampai tiga minggu.
Yadi juga mengaku sering mendapat keluhan dari para pelanggan terkait tingginya harga telur belakangan ini. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak karena kenaikan harga tersebut telah terjadi pula di tingkat distributor.“Banyak yang komplain sehingga mengurangi pembeliannya. Tapi mau gimana lagi, sudah dari distributor harganya tinggi,” keluhnya.
Sementara itu, beberapa orang pembeli di Pasar Induk Guntur Ciawitali Garut,mengatakan keberatan dengan tingginya harga telur sekarang ini.
Menurut Nani (50), sepatutnya harga telur turun seiring penurunan harga BBM. “Kok ini justru malah naik?,” sambungnya. Begitu juga dikatakan Ina (45), bukan hanya telur yang merangkak naik harganya, tapi beberapa kebutuhanpokok lainya pun ikut melonjak.
Menurut mereka, hal itu patut dipertanyakan mengingat harga BBM sudah diturunkan pemerintah, tetapi sama sekali tidak mampu membuat harga kebutuhan pokok turun atau paling tidak stabil. (Yayat R/WP)
Saya turut prihatin atas kejadian tersebut.