wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Yadi (20), warga Dusun Patrol RT 02 RW 02 Desa Cibenda, Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, harus terbaring lemah akibat menderita gizi buruk selama hampir 19 tahun.
Yadi merupakan anak dari pasangan suami istri Nadi (49), dan Yayah (40) yang secara ekonomi hidup di bawah kemiskinan. Mereka pun hidup di sebuah gubuk bambu berukuran 8×7 meter.
Dikatakan Nadi, Yadi sejak kecil sudah mengalami kelumpuhan. Itu terjadi setelah Yadi sakit panas tinggi dan kejang-kejang. Keterbatasan ekonomi membuat Nadi hanya mampu membawa sang buah hati klinik tradisional.
“Dulu waktu umur delapan bulan, anak saya mengalami sakit panas sehingga mengalami kelumpuhan. Tapi saya tidak bawa dia ke dokter melainkan ke tukang pijat, ya karena saya takut apabila berobat biayanya mahal,” ungkap Nadi, Rabu (20/01).
Nadi menerangkan dalam merawat buah hatinya tersebut, ia hanya mengandalkan penghasilannya sebagai buruh serabutan. Penghasilan yang tidak menentu membuatnya tak mampu memberikan pengobatan yang layak untuk Yadi.
“Meski saya miskin, tapi saya tidak pernah punya niatan untuk meminta-minta. Saya ingin memberikan makan keluarga saya dari hasil keringat saya sendiri. Itulah yang menjadi doa saat saya menyuapi anak saya Yadi. Saya tidak malu ataupun putus asa punya anak seperti Yadi,” katanya sambil meneteskan air mata.
Kini Nadi dan anaknya Yadi sudah bisa bernafas lega. Karena, berbagai bantuan terus berdatangan dari para donatur untuk membantu kebutuhan pangan keluarga. Akan tetapi, Nadi punya harapan besar, Yadi mendapat perawatan medis dari pemerintah.
“Alhamdulillah… kini bantuan berdatangan dari para donatur. Kalau dulu tidak ada yang membantu kami. Tapi tidak apa-apa ini merupakan bagian dari kehidupan. Saya hanya berdoa dan pasrah,” tungkasnya. (Sarif Hidayat/WP)