wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Penduduk sekitar biasa memanggilnya Nini Idoh. Perempuan ini sudah berusia 75 tahun. Ia tinggal di gubuk sempit berdinding anyaman bilik, tepatnya di RT 02, RW 01, Dusun Desa, Desa Bunter, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis.
Tak ada kabel listrik yang masuk ke gubuk berukuran 3×5 meter milik Nini Idoh. Jangankan menikmati keriuhan acara berbagai stasiun televisi, untuk sekedar mendapat penerangan saja sulit. Beruntung, tetangganya memberikan satu titik lampu untuk digantung di gubuk Nini Idoh.
Dalam cahaya temaram itu, setiap malam Nini Idoh menyendiri. Suaminya meninggal, sudah lama sekali, sejak kedua anaknya masih kecil.
Ya, Nini Idoh dikaruniai dua orang putra. Tapi sejak berkeluarga, mereka hidup terpisah. Dan karena sama-sama terkungkung dalam kesulitan ekonomi, kedua anaknya tak bisa membantu banyak.
Untuk menyambung hidup, Nini Idoh kerap bekerja bersih-bersih kebun tetangganya, dengan upah sekitar Rp. 25 ribu/hari. Tentunya, tidak bisa tiap hari ia mendapatkan pekerjaan bersih-bersih kebun. Paling banyak dua kali dalam seminggu.
Pantaskah Nini Idoh mendapat bantuan pemerintah? Khususnya bantuan untuk memiliki rumah tinggal yang aman bagi dirnya. Tentunya pantas. Jangankan Nini Idoh, banyak sekali warga yang mendapatkan sentuhan pemerintah, padahal secara sosial ekonomi mereka berada di atas Nini Idoh. Bantuan apapun namanya.
Tapi sayangnya, meski ia mengaku sudah pernah dua kali didata oleh pihak desa, hingga detik ini ia masih saja harus gelisah ketika hujan beserta angin datang bersamaan. Gubuk tempat Nini Idoh sudah bocor-bocor dan rentan ambruk.
“Yang paling sieun lamun hujan angin…” gumam Nini Idoh pada reporter Warta Priangan, Dena Adeng Kurnia. (Dena A. Kurnia/WP)