Miris! Ribuan Balita di Garut Alami Gizi Buruk

wartapriangan.com, BERITA GARUT. Di zaman modern ini, saat teknologi kesehatan dan ilmu kesehatan berkembang pesat. Sayangnya, masih ada ribuan balita di Garut mengalami gizi buruk (kekurangan gizi). Mirisnya lagi, kasus tersebut hampir terjadi di seluruh pelosok atau wilayah Kabupaten Garut. Sedangkan angka tertinggi berada di wilayah Garut Selatan.

“Walaupun angka tertinggi ada di wilayah Garut Selatan. Namun, di wilayah perkotaanpun cukup banyak,” demikan kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, dr. Tenny S Rivai pada Warta Priangan, Jumat (29/1).

Berdasarkan data yang dimilikinya, terdapat ribuan balita di Garut yang mengalami gizi buruk. Meski paling banyak terjadi di wilayah Selatan Garut, tetapi kasus ini juga terjadi hampir di seluruh daerah. Bahkan, menurutnya, ada beberapa orang balita yang sampai saat ini masih berada dalam perawatan medis.

“Berdasarkan data yang kami miliki, terdapat 1.216 balita yang mengalami gizi buruk.Untuk itu Pemkab Garut terus berupaya mengatasi gizi buruk yang dialami para balita ini,” ujar Tenny.

Salah satu cara untuk menurunkan angka kasus gizi buruk ini, kata Tenny, melalui Dinkes, Pemkab Garut menjalankan program pemberian makanan tambahan. Sedangkan program yang selama ini sudah berjalan yaitu pemeriksaan di Pos Yandu.

Diterangkan Tenny, untuk mendukung program pemberian makanan tambahan bagi balita ini, pihaknya mengalokasikan dana sebesar Rp 300 juta yang berasal dari APBD Kabupaten Garut. Kedepannya makanan tambahan diberikan selama 90 hari.

“Balita yang mengalami gizi buruk itu, akan diberi makanan tambahan selama 90 hari secara berturut-turut. Dengan demikian diharapkan gizinya akan lebih baik karena mereka bisa mendapatkan asupan supaya
antara berat badan dan umurnya bisa seimbang,” kata Tenny.

Diakui Kepala Dinas Kesehatan Garut itu, faktor terjadinya gizi buruk disebabkan antara lain kurangnya pengetahuan orang tua dan lemahnya ekonomi. Selain itu tegas Tenny, adanya gangguan “Tumbuh Kembang”.

“Tumbuh kembang itu ialah pertumbuhan si anak yang semula normal jadi tidak normal.Oleh karena itu Pemkab Garut terus memberikan imbauan agar saat jadwal pemeriksaan ke Pos Yandu, orang tua juga
diberikan pemahaman oleh para kader,” jelasnya.

Tenny sendiri menilai, jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan balita di Garut, kasus gizi buruk ini belum terlalu tinggi. Jumlah 1.216 balita tersebut baru mencapai angka 0,78 persennya dibandingkan
jumlah balita secara keseluruhan.

Sementara menurut Tenny, seorang balita yang sampai saat ini masih di rawat di Puskesmas terjadi di wilayah Kecamatan Karang Pawitan. “Dia tidak mau dirujuk ke RSU, sehingga terpaksa balita tersebut di rawat secara medis di puskesmas setempat,” pungkasnya. (Yayat Ruhiyat/WP)

berita garut
Comments (0)
Add Comment