Pertemuan Batal Digelar, Masalah Pasar Limbangan Garut Berlarut-larut

wartapriangan.com, BERITA GARUT. Rabu (3/2) kemarin seyogianya menjadi waktu penentu untuk permasalahan pasar Limbangan yang selama ini dianggap bermasalah. Pertemuan empat arah antara Pemda Garut, Paguyuban Pedagang Pasar Limbangan (P3L), warga Sindang Anom, dan PT Elva Primandiri selaku pengembang batal terlaksana karena tidak hadirnya dua unsur.

Dua unsur yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut adalah P3L dan warga Sindang Anom. Ketidak datangan mereka karena tidak adanya surat undangan yang diterima dari pihak pemerintah daerah kabupaten Garut selaku fasilitator.

Asisten Daerah Bidang Ekonomi Pemda Garut, Yatie Rohayatie, mengatakan jika pertemuan yang seharusnya dilakukan kemarin merupakan keinginan dari P3L dan warga Sindang Anom pada saat melakukan audiensi dengan Bupati dan unsur dinas lainnya. Melihat hal tersebut dengan waktu yang sudah ditentukan maka pihaknya tidak melayangkan surat undangan kepada P3L dan warga Sindang Anom.

“Namun rupanya tidak seperti itu, dan kita akan mengegendakan kembali pertemuan ini, waktunya minggu depan. Nanti akan dikomunikasikan kembali dengan pemerintah setelah dengan warga setempat dan P3L,” ujarnya, kemarin.

Direktur PT Elva Primandiri, Elva Waniza mengatakan dengan batalnya pertemuan kemarin ia diberi arahan oleh Bupati agar bersilaturrahmi dengan warga dan tokoh masyarakat Sindang Anom. Ia mengaku akan segera melaksanakan hal tersebut dan menerima masukan yang diberikan oleh Bupati Garut, Rudy Gunawan.

“Tidak ada masalah dengan kami karena kami akrab dengan lingkungan di sana. Tapi kami menyadari kekurangan dimana belum bersilaturrahmi intens denga warga Sindang Anom dan kami akan segera bersilaturrahmi dan menjelaskan apa yang bisa kami jelaskan terkait pasar ini,” ujarnya.

Terkait adanya ketakutan warga Sindang Anom berkurangnya kapasitas air karena pembuatan sumur bor, Elva menyebutkan jika sumur bor yang dibuat dangkal, berkapasitas kecil, namun menggunakan teknologi tinggi. Yang dibesarkan di pasar bukanlah sumurnya, namun bak penampungannya sehingga bisa meng-cover pedagang dan pembeli di pasar Limbangan.

“Kalau untuk pembuatan sumur artesis harus ada ijin dari provinsi, namun yang jelas kami sangat memperhatikan lingkungan sekitar dalam proses pembuatan dan keberlangsungan pasar ke depannya. Untuk masalah sampah, polusi, getaran dan lainnya kami sudah berusaha menggunakan teknologi yang bisa kami siapkan untuk mengurangi dampak yang ditakutkan,” katanya.

Hal lainnya terkait perizinan sebutnya, masalah Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) tinggal menunggu analisisi dampak lingkungan lalulintas (Amdal Lalin) sebagaimana tertera dalam peraturan kementrian perhubungan nomor 75 tahun 2015. Saat ini sudah ada tim di lapangan tengah menganalisa tentang rekayasa lalulintas yang bisa dilakukan di jalur yang melewati pasar Limbangan.

“IMB lama kita sudah ada, tapi di sana hanya dilengkapi UPL dan UKL sehingga di PTUN IMB milik kita terkoreksi karena harus ada Amdal, termasuk amdal lalin. Untuk Amdal Lingkungan sudah selesai dan tinggal menunggu Amdal Lalin saja, dimana kita mengikuti peraturan tahun terbaru dari kementerian,” sebutnya.

Ia berharap agar IMB bisa diselesaikan bulan Februari ini sehingga para pedagang bisa menempati tempat berjualan yang baru. Jika IMB sudah dikeluarkan oleh BPMPT, ia akan langsung mengedarkannya kepada pedagang sehingg segera pindah lokasi dari lokasi penjualan sementara.

“Masalah pindah ini sudah wajib karena menumpang di pasopati, dan yang akan kita mulai adalah komunikasi dengan para tokoh Sindang Anom. Jangan sampai ketika pindah ga ada warga yang datang karena pasti diundang,” sebutnya.

Menurut Elva, pihaknya suda meminta agar dari sebelumnya para pedagang bisa pindah ke lokasi yang ada karena bangunan bisa dikatakan sudah siap. Namun batalnya kepindahan yang dilakukan kemarin-kemarin menurutnya ada hal positifnya sehingga bisa menyiapkan lagi dengan maksimal segala kekurangan termasuk meminimalisir ketakutan warga terkait lingkungan.

“Sebetulnya saya tidak tega dengan nasib pedagang dan sangat sering bertanya kepada kami kapan pindah? Kami sudah merugi berjualan di pasar sementara dan suka ada gangguan. Kami juga sudah tidak enak dengan yang punya lapangan karena ingin segera dijadikan tempat main bola oleh pemuda dan santri pesantren,” ungkapnya.

Setelah pedagang nanti pindah, Elva berjanji akan memugar lapangan menjadi lebih baik dan representatif untuk sepak bola. Selain itu akses menuju lapangan berupa jalan desa pun akan ikut diperbaiki dengan cara diaspal.

“Saat ini kondisi bangunan sudah dalam tahap finishing, dan dalam melengkapi semua yang harus kita siapkan. Untuk permasalahan-permasalahan yang selama ini muncul karena adanya yang kurang sejalan, alangkah baiknya kita duduk bersama mencurahkan segala hal yang di inginkan sehingga ada solusi yang baik juga tidak ada yang dirugikan,” ucapnya. (Jalaludin/WP)

berita garutgarut
Comments (0)
Add Comment