wartapriangan.com, BERITA GARUT. Dimusim hujan seperti sekarang ini, Pemerintah Kabupaten Garut memperingatkan seluruh warga agar lebih waspada dan berhati-hati terhadap bencana longsor. Hal ini dikarenakan potensi curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga bisa mengakibatkan datangnya bencana longsor di Garut kapan saja.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Dadi Djakaria, menyebutkan potensi longsor di Garut bukan hanya terdapat di daerah pelosok. Seluruh wilayah di Garut berpotensi terhadap bencana longsor karena seluruh kecamatan termasuk rawan bencana.
“Potensi longsor bukan hanya terjadi di wilayah selatan akan tetapi di seluruh wilayah, baik utara maupun tengah atau perkotaan. Bahkan kawasan rawan longsor terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Garut yang jumlahnya mencapai 42 kecamatan,” ujar Dadi.
Menurut Dadi, sekitar 75 persen topografi kawasan Garut termasuk kawasan yang labil sehingga rawan bencana alam, terutama longsor dan pergerakan tanah. Berdasarkan data yang ada di BPBD Garut, sepanjang 2015 terjadi sebanyak 56 kejadian longsor di Garut. Sementara selama Januari-Februari 2016, BPBD mencatat sudah terjadi 11 kasus longsor akibat hujan deras.
Namun diakui Dadi, kawasan yang paling rawan bencana longsor dan pergerakan tanah adalah wilayah selatan Garut. Di kawasan ini terdapat sedikitnya 16 kecamatan yang rawan longsor dan pergerakan tanah, di antaranya Kecamatan Cikajang, Cisompet, Cihurip, Pakenjeng, Bungbulang, dan Talegong.
“Kawasan selatan memang paling rawan karena paling banyak daerah berbukit dan tebing. Intensitas kejadian longsor dan pergerakan tanah di selatan juga memang paling tinggi selama ini,” katanya.
Kondisi tanah di Garut yang gembur, tutur Dadi, memang cukup menguntungkan karena menjadikan Garut sebagai daerah yang subur. Namun di balik itu, kondisi tanah seperti ini juga menimbulkan bahaya yang cukup besar karena mudah tergerus longsor dan juga pergerakan tanah.
Kini, tandasnya, kerawanan longsor dan pergerakan tanah pun tidak hanya terjadi di wilayah selatan akan tetapi sudah mulai merambat ke wilayah utara dan tengah. Oleh karena itu Dadi mengimbau masyarakat
Garut serta seluruh elemen lainnya agar selalu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian mengingat bencana longsor yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja tanpa bisa diduga sebelumnya.
Masih menurut Dadi, berdasarkan data PVMBG, curah hujan saat ini sedang. Namun demikian masyarakat tetap diminta untuk waspada karena ancaman longsor yang masih tinggi.
Dadi juga meminta masyarakat agar senantiasa berperan aktif dan responsif dalam upaya penanggulangan bencana. Hal ini bisa mencegah atau paling tidak meminimalisir tingkat kerugian yang timbul akibat bencana, terutama yang menyangkut masalah keselamatan jiwa.
Terpisah, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut, Uu Saepudin, membenarkan bahwa di Jawa Barat, Garut merupakan urutan pertama dalam masalah kerawanan terjadinya bencana alam. Jenis bencana yang paling rawan adalah longsor dan pergerakan tanah.
Lebih jauh Uu menerangkan, adanya perbedaan antara longsor dan pergerakan tanah. Menurutnya, umumnya longsor terjadi saat musim hujan, terlebih pada tanah yang gembur. Sedangkan pergerakan tanah tak mengenal musim hujan karena saat kemarau pun bisa saja terjadi. (Yayat Ruhiyat/WP)