Yayan (30), pedagang warung kopi di pasar relokasi, menyatakan, banyak pedagang yang mengalami gangguan pernapasan, batuk,mual, dan gangguan penciuman. Mereka sudah mengadukan masalah gunungan sampah tersebut ke dinas terkait, tapi tak beroleh respons juga.
Padahal, ungkap Yayan, para pedagang membayar retribusi kebersihan setiap hari sebesar Rp 1.000-Rp 2.000, tetapi pengangkutan sampah hanya berjalan setiap dua pekan sekali. Masyarakat dan pedagang
berharap pengangkutan dilakukan setiap hari.
“Kalau diangkut sedikit-sedikit, asal tiap hari pasti berkurang. Bukan hanya pedagang, masyarakat sekitar dan pembeli pun terkena dampaknya,” ucapnya.
Keluhan tentang keberadaan pedagang pasar di Lapang Pasopati juga dilontarkan sejumlah warga sekitar, Nur (43), misalnya. Menurut warga Jalan Bunisari ini, saat ini kondisinya sudah tidak nyaman lagi. Selain bising oleh aktifitas pasar, yang lebih parah lagi kondisi lingkungan yang tidak lagi sehat.
“Jalan jadi becek dan kotor serta selalu ada bau menyengat yang sangat mengganggu. Ini sudah benar-benar tidak sehat sehingga kami berharap aktivitas pasar kembali dipindahkan ke pasar yang lama karena kini sudah selesai dibangun,” komentar Nur.
CEKCOK (Halaman selanjutnya…)