wartapriangan.com, BERITA GARUT. Hingga saat ini, warga masyarakat Sindangsari Kecamatan Cisompet yang terkena musibah bencana, masih trauma. Bahkan tidak ada yang berani untuk pulang ke rumahnya masing-masing karena selain tempat tinggal mereka yang rusak parah juga retakan tanah terus terjadi.
Dikatakan Dari Muldani, salah seorang tokoh masyarakat Cisompet, ada 127 keluarga yang terkena dampak bencana paling parah. Dari jumlah sebanyak itu jelas Dani, diperkirakan ada sebanyak 80-85 persen atau 100 kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan tetap, selain pertanian di lahan tersebut.
Sehingga dengan adanya bencana tanah retak tersebut mereka kini tidak bisa bekerja. Selama tak bekerja, kata Dani, kegiatan mereka hanya berdiam diri dan berkumpul di pengungsian. Sesekali para kepala rumah tangga dan pemudanya menengok rumah mereka masing-masing. Ada juga yang masih tetap bekerja dan wirausaha.
Namun, yang menjadi perhatiannya adalah dampak traumatis yang dirasakan ibu-ibu dan anak-anak. Menurut Dani, mereka trauma ketika mengingat kembali peristiwa adanya getaran dan pergeseran tanah yang mereka kira gempa kecil pada Jumat pekan lalu.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kata Dani, warga tidak dianjurkan untuk tidur di rumah masing-masing karena tanah terus bergeser, dan keretakan setiap hari bertambah. Diharapkan Pemkab Garut sesegera mungkin merelokasi untuk penyelamatan warga.sebab rumah yang rusak sudah tidak bisa diperbaiki dan wilayah bencana tak lagi aman ditinggali.
“Rumah-rumah mereka yang rusak sudah tidak mungkin bisa lagi diperbaiki.Bahkan rumah rumah mereka tidak mungkin lagi bisa dibangun kembali di tempat semula. Mereka harus direlokasi ke lokasi baru yang lebih aman. Selain itu jelas Dani,ada sumber keretakan lain di kaki gunung di bawah sungai yang luput dari pandangan BPDB Kabupaten Garut.
Dia memperkirakan terdapat retakan lebih dari 10 titik, seperti di sawah dan kolam ikan, salah satunya dengan panjang sekitar 500 meter pada kaki gunung, di atas permukiman yang terdampak bencana.
Sementara dituturkan Dani, kedalaman retakan tanah tersebut berkisar tiga meter lebih, lantaran ketika warga mencoba menutupi keretakan tersebut memerlukan beberapa kubik tanah.
Yang dikhawatirkan warga ungkap Dani, ketika retakan itu terus-menerus diresapi air akan menyebabkan longsor. Sebab, tanah tebing di bawah permukiman yang terkena bencana terbilang labil. Sementara saat ini warga masyarakat sangat mengharapkan adanya bantuan Pemerintah yang memang sangat dibutuhkan warga.
Kasi Trantib Kecamatan Cisompet, Aa Mardani, mengakui ada sebagian tanah yang rawan sehingga warga pun takut mengolahnya, terlebih ketika diguyur hujan. Mereka pun sudah beberapa hari tetap bertahan di pengungsian meski berdesak-desakan karena pengungsi bertambah setiap hari. (Yayat Ruhiyat/WP)