wartapriangan.com, BERITA GARUT. Ratusan warga korban bencana tanah retak di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, meminta agar pemerintah Kabupaten Garut secepatnya merelokasi mereka. Namun mereka pun meminta, agar Pemerintah merelokasinya ke tempat yang jauh lebih aman.
Menurut Kepala Desa Sindangsari, Agus Susanto, warganya benar-benar mendesak agar mereka segera direlokasi ke tempat baru yang jauh lebih aman. Sedangkan jumlah warga yang berada di lokasi musibah itu ada 895 orang, yang sekarang ini terpaksa diungsikan ke tempat yang aman. Mereka ada yang tinggal di tenda-tenda dan ada pula yang tinggal ikut keluarganya di tempat lain.
Dikatakan Agus, kondisi seperti ini tentu membuat mereka merasa tidak nyaman. Merekapun meminta pemerintah secepatnya merelokasi ke tempat lain yang lebih aman. Namun hingga saat ini, mereka masih menunggu kebijakan Pemkab Garut.
Menurut Agus, dari 895 orang yang rumahnya berada di kawasan rawan bencana, ada 315 orang dari 91 KK yang mengungsi karena rumahnya terkena dampak dari peristiwa pergerakan tanah. Mereka terpaksa
mengosongkan rumahnya karena rumahnya rusak sehingga berbahaya jika tetap ditinggali.
“Banyaknya dinding rumah yang retak dan rumah yang bergeser membuat warga khawatir rumahnya akan roboh apalagi ancaman bencana susulan sangat besar. Itulah alasan kenapa warga tak mau lagi kembali ke rumahnya,” kata Kades Sindangsari.
Agus juga menyebutkan, dari informasi sementara yang diterimanya, hasil kajian yang dilakukan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tanah di lokasi terjadinya bencana dinyatakan
tidak layak untuk dihuni. Hal ini membuat warga kian besar keinginannya untuk segera direloaksi.
Warga sendiri, tuturnya sudah menyatakan kesiapannya untuk mengikuti program relokasi jika sudah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan warga telah menyatakan kesediannya direlokasi ke mana saja sepanjang tempatnya benar-benar aman.
Masih menurut Agus, berdasarkan catatan yang ada padanya, di Dusun Ciawi dan Lengkong terdapat empat RW dan sembilan RT. Di sana ada 243 rumah, 282 keluarga dan 895 jiwa. Akibat bencana pergerakan tanah yang menimpa dua dusun tersebut, sebanyak 127 rumah rusak. Dari 127 rumah yang rusak, 84 di antaranya rumah panggung dan 43 rumah lainnya permanen yang rusak.
Sementara, jumlah rumah yang berada di lokasi terjadinya pergerakan tanah tapi kondisinya hanya terancam ada sekitar 116 rumah. Namun demikian mereka juga berharap direlokasi karena jika terjadi bencana susulan, tak menutup kemungkinan rumah mereka juga terkena dampak. Untuk itu Pemkab Garut harus segera memikirkan nasib sebagian warga masyarakatnya yang kini tengah mendapat musibah. (Yayat Ruhiyat/WP)