PVMBG: Lokasi Tanah yang Bergeser di Garut Masih Layak Ditinggali

wartapriangan.com, BERITA GARUT. Berdasarkan hasil kajian PVMBG, tanah retak yang terjadi di Kecamatan Cisompet beberapa waktu lalu, masih bisa dijadikan tempat tinggal warganya. Dan keterangan PVMBG tersebut diungkapkan Bupati Garut, Rudy Gunawan. Yang mengatakan bahwa lokasi bencana di Desa Sindangratu, Kecamatan Cisompet masih bisa dijadikan tempat  tinggal warga yang terkena musibah.

Bahkan Pemerintah Kabupaten Garut mempertimbangkan tidak akan merelokasi permukiman korban bencana pergerakan tanah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Sebab tanah yang terjadi musibah beberapa waktu lalu itu masih bisa dijadikan lokasi pemukiman warga.

Namun pernyataan Pemerintah Kabupaten Garut ini ternyatasangat bertolak belakang dengan apa yang diinginkan seluruh warga.Sebab hingga saat ini seluruh warga korban bencana tanah retak tersebut menginginkan segera direlokasi.

Dikatakan warga dikhawatirkan bencana pergerakan tanah tersebut kembali terjadi. Terkait dengan pergerakan tanah di Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, pihaknya tengah membahas permasalahan tersebut dengan dinas terkait.  Bahkan jelas Bupati, Sekda H. Iman Aliratman SH sedang rapat koordinasi untuk menentukan lokasi tempat baru relokasi.

Namun Bupati sendiri mengatakan, warga tak perlu pindah dari lokasi bencana alam tersebut, asal sawah-sawahnya dikeringkan. Rudy menyatakan hal itu mengacu pada rekomendasi yang dikeluarkan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Namun seluruh  warga yang terkena musibah bencana pergerakan tanah menolak, mereka tetap menuntut Pemerintah Kabupaten Garut, agar sesegera mungkin merelokasi mereka ke tempat yang jauh lebih aman.

Berdasarkan laporan PVMBG, lokasi gerakan tanah terletak pada lereng sebelah timur laut Gunung Lutung, yaitu Kampung Lengkong, Kampung Selaawi, dan Kampung Sawah Hilir, Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Setidaknya, terdapat dua titk gerakan tanah besar yang bergabung menjadi satu ke arah lembah Sungai Cikaso.

Dalam laporan tersebut, pergerakan tanah bermula pada 2007 dan warga sering merasakan gerakan tanah setiap musim hujan. Puncaknya, terjadi retakan-retakan tanah secara signifikan terutama daerah Kampung Sawah Hilir yang berdekatan dengan tebing lembah Sungai Cikaso pada Jumat (19/2) lalu.

Disebutkan Kasbani, lokasi bencana merupakan zona lemah yang diperburuk dengan penggunaan lahan yang banyak menggunakan air, seperti kolam dan persawahan. Dengan demikian, lereng di daerah tersebut mudah untuk bergerak yang dicirikan dengan banyaknya retakan.

Menurut Kasbani, daerah sekitar bencana masih berpotensi untuk terjadi pergerakan tanah susulan. Namun jika permukiman penduduk dipertahankan, pertanian lahan basah (sawah) harus diubah menjadi pertanian lahan kering (palawija) dengan persalingan tanaman yang berakar kuat dan dalam.

“Ketika diguyur hujan, warga merasakan getaran seperti gempa yang membuat khawatir warga. Getaran itu tak hanya terasa di lahan pertanian, tapi juga dirasakan hingga rumah warga,” ujar Jajang.

Ketua RW 4 Dusun Selaawi, Supendi, mengatakan, warga keberatan jika harus tetap tinggal di daerah yang sudah ditetapkan rawan bencana. Warga bersikukuh tetap meminta pemerintah daerah untuk sesegera mungkin  merelokasi warga ke tempat baru yang jauh lebih aman untuk dijadikan tempat tinggal. Terutama untuk warga enam RT yang berada di Kampung Selaawi dan Kampung Sawah Hilir. Mereka harus sesegera mungkin dilaukan relokasi dikarenakan lokasi tanahnya ang memang sudah sangat
mengkhawatirkan. (Yayat Ruhiyat/WP)

berita garutgarut
Comments (0)
Add Comment