Di tempat terpisah, Ketua Bidang Advokasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Nitta Kusnia Widjaja, mengaku terkejut dengan kabar tersebut. Wanita yang akrab disapa Bunda Nitta ini menyatakan kabar itu sebagai bukti dari merosotnya peran orang tua.
“Yang saya dengar anak itu melahirkan saat ikut suatu kegiatan tertentu di sekolahnya. Ini kejadian yang sangat luar biasa. Ada anak di bawah umur, masih SMP, melahirkan di sekolah pula. Bagaimana dengan orang tua dari anak itu? Jika demikian adanya, peran orang tua dalam keluarganya sangat lemah,” terangnya.
Semestinya, lanjut Nitta, orang tua melakukan pengawasan terhadap setiap pergaulan anak-anaknya. Ia membenarkan bila pergaulan remaja dan kecanggihan teknologi telah memberikan dampak buruk bagi generasi muda di Kabupaten Garut.
Nita meminta pihak sekolah dan instansi terkait memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Nitta pun berjanji akan membawa kasus siswi melahirkan ini untuk dikonsultasikan ke Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
“Senin awal pekan depan kasus tersebut akan jadi agenda kami untuk konsultasi dengan pihak-pihak terkait di Jakarta. Termasuk kasus anak pelaku sodomi. Khusus untuk siswi yang melahirkan itu, dia juga harus mendapat bimbingan psikologi. Kami akan kunjungi dia dengan membawa psikolog. Kami harus tahu dia untuk melindungi masa depannya,” paparnya. (Yayat Ruhiyat/WP)
Baca juga: