Sebatang Kara, Bertahun-tahun Pria di Ciamis Ini Tinggal di Pos Ronda

wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Hanya dinginnya malam dan teriknya matahari yang jadi teman Sarmen setiap hari. Tak ada keluarga tempat untuk berbagi, rumah untuk bernaung apalagi kasur hanya untuk sekedar beristirahat melepas lelah.

Hari-hari yang berlalu Sarmen lewati sebatang kara. Walau ia sangat membutuhkan orang lain untuk beraktivitas karena keterbatasan fisik yang ia alami, namun hanya uluran tangan dari orang-orang yang iba padanya saja yang bisa ia harapkan membantunya untuk sekedar mengisi perut yang lapar atau bergerak.

Ya, pria yang biasa dipanggil Empe ini bertahun-tahun terpaksa hidup dalam keprihatinan. 22 tahun yang lalu tubuhnya mendadak lumpuh setelah sakit typus yang ia alami tidak segera ditangani secara medis.

Sarmen di pos ronda yang ia jadikan tempat tinggal. (foto: pujitio/wp)

Akibat lumpuh tersebut Empe tak dapat bekerja lagi. Ia pun harus tinggal berpindah-pindah karena tidak memiliki tempat tinggal dan tidak berkeluarga.

Beruntung, warga mengizinkan Empe tinggal di sebuah bangunan bekas Pasar Gardujaya Kecamatan Panawangan. Namun, daerah tersebut dibangun masjid hingga ia pun kehilangan tempat untuk bernaung.

Akhirnya Empe terpaksa menempati sebuah pos ronda yang berada persis di pinggir jalan raya Ciamis-Cirebon. Pos ronda tempat Empe tinggal pun tanpa dinding yang dapat melindunginya dari cuaca dingin ketika malam. “Tapi Alhamdulillah tak harus kehujanan kepanasan. Masih ada tempat untuk berteduh dan istirahat,” tutur Empe saat ditemui reporter Warta Priangan di pos ronda yang ia jadikan tempat tinggal tersebut.

Sarmen. (foto: pujitio/wp)

Di pos ronda tersebut tak ada perabotan apapun selain baju-baju milik Empe. Untuk tidur, pria 52 tahun ini mengaku hanya bisa beristirahat di atas kursi roda miliknya. Atau jika ada warga yang membantu ia bisa merebahkan diri di teras yang ada di dalam pos ronda itu.

Untuk makan sehari-hari, Empe hanya mengandalkan pemberian warga. “Kalau ada yang ngasih ya bisa makan, kalau tidak ya ditahan saja (laparnya). Atau suka ada yang ngasih dari mobil, suka ada yang lewat mungkin kasihan ke saya jadi mereka melemparkan uang. Alhamdulillah bisa untuk beli makan”.

Jika ingin buang air pun Empe sangat bergantung kepada orang lain. “Ya kalau ingin mandi atau buang air harus ke jamban umum di dekat sungai. Ngga bisa sendiri ke sana, soalnya jalannya menurun. Susah harus ada yang dorong kursi rodanya. Biasanya saya nunggu anak-anak bubar sekolah. Mereka suka ada yang bantu mendorong kursi roda ke sana,” ujar warga  Desa Gardujaya, Kecamatan Panawangan, Ciamis ini.

Dalam kondisi keterbatasan tersebut, Empe mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. “Belum pernah (mendapat bantuan dari pemerintah). Saya ingin sekali kalau bisa dapat bantuan, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya dapat bantuan tersebut. Mudah-mudahn ada bantuan untuk makan, berobat. Kursi roda saya ini dulu dikasih dari yayasan orang cacat, tapi sekarang sudah rusak. Kemarin patah harus dilas. Uang buat ngelasnya saya pinjam dari orang. Tapi buat bayarnya juga bingung bagaimana”. (Pujitio/WP)

berita ciamisciamis
Comments (0)
Add Comment