Golok produk industri rumahan ini sangat terkenal dengan kualitas ketajamannya juga kekuatan gagang dan sarung goloknya. Tak heran, Golok Panglengseran sangat terkenal dan mendominasi golok di Pangandaran.
Encu, pegusaha Golok Panglengseran kepada Warta Priangan, Senin (2/1/2017) siang tadi mengatakan, kualitas golok Panglengseran terdapat pada ketajaman dan gagang golok yang terbuat dari tanduk kerbau. Tanduk dibentuk sedemikian rupa dengan pengolahan khusus hingga terlihat mengkilap.
Golok berbagai macam ukuran juga berbagai motif. Ada motif golok khas Sunda ujungnya melengkung ada juga golok seperti pedang dengan ukuran panjangnya sekitar 40 cm. Bahan baku pembuatan golok berupa besi per mobil yang mudah didapat para perajin.
Per mobil kata Encu sangat bagus karena besi sudah tercampur baja. Kualitas besi dan gagang golok tersebut menentukan juga harga jualnya.
Encu mengatakan untuk mendapatkan per mobil tidaklah sulit karena banyak bengkel per mobil. Untuk saat ini harganya Rp.5 ribu per kilogramnya.
“Harga golok macam-macam, mulai Rp.300 ribu sampai Rp. 450 ribu. Golok-golok ini tinggal pakai dan sudah tajam,” ungkap Encu
Encu memberi trik menguji ketajaman sebuah golok atau pisau. Ternyata cukup sederhana. Cukup keluarkan golok sedikit dari sarangnya, tempelkan pada kuku jempol lalu sedikit digeruskan. Bila golok atau pisau tajam, akan langsung menempel dan menggerus kuku, bila tumpul tidak akan nempel.
Kesulitan perajin golok, kata Encu, mendapat bahan baku gagang golok dari tanduk kerbau betina. Bila kerbau jantan tidak ada isinya atau kosong meski panjang dan besar.
Selama ini katanya, para perajin di Pangandaran mendatangkan tanduk kerbau dari Tasikmalaya. Namun sebenarnya membeli lagi luar pulau seperti Kalimantan ataupun Sulawesi, karena di Jawa sudah jarang.
“Tanduk kerbau kan cuma dua, satu kerbau hanya untuk dua golok. Bahan baku rada susah didapat karena jarang,” katanya.
Bahan baku tanduk dibeli para perajin Rp150.000 per kg. Jika pasokan tanduk tidak ada, para perajin terpaksa menggunakan bahan kayu untuk bahan gagang atau sarung golok. Tetapi kayu juga ada kriterianya, antara lain harus akar kayu Mahoni, Kayu Senokeling atau kayu Cijulang. Penggunaan bahan baku kayu atau tanduk menentukan juga harga jual golok.
Hingga kini, dia mengakui penjualan golok masih bagus. Konsumen datang sendiri ke bengkelnya di Dusun Sidahurip RT. 6/RW. 5 Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
Umumnya penjualan golok ramai di musim hujan. Diperkirakan karena para petani sedang giat bercocok tanam sehingga membutuhkan peralatan golok untuk menebang atau memotong pohon.
“Kalau musim kering penjualan malah kurang. Penjualan ramai biasanya di musim hujan atau menjelang hari raya Idula dha,” katanya.
Untuk memenuhi pesanan dirinya memperkerjakan lima orang untuk membantunya. Mereka adalah anak dan ponaknnya sendiri.
“Di kampungnya ada tiga pengrajin pandai besi, antara lain Sodik, Umris dan saya sendiri,” katanya.
Encu juga menjelaskan usaha dan keahliannya ini turun temuru dari nenek moyangnya. Dirinya mengaku generasi ke empat dan tentunya akan diturunkan pada anak cucunya.(Iwan Mulyadi/WP)