wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Tragedi terbakarnya kapal wisata Zahro Ekspres yang merenggut puluhan nyawa pada Minggu, (1/1/2017) di Teluk Jakarta menyisakan kenangan pahit bagi Cucu Rukminingsih (49), warga Dusun Empang Sari, Desa/Kecamatan Kalipucang, salah satu pegawai setda Pangandaran yang selamat dari tragedi maut tersebut.
Kapal yang mengangkut kurang lebih 184 penumpang itu sebelumnya diketahui akan berlayar pukul 07.00 WIB dari Pelabuhan Muara Angke, namun tanpa alasan yang jelas akhirnya berangkat pada pukul 08.00 WIB.
“Setelah 20 menit kapal bertolak dari pelabuhan secara tiba-tiba terdengar ada yang berteriak minta tolong sambil menghampiri ke arah nakhoda,” kata Cucu.
Cucu mengira orang yang menghampiri nakhoda itu akan memberhentikan nakhoda karena ada yang terjatuh ke laut, tetapi dalam waktu singkat seluruh penumpang tiba-tiba dikagetkan dengan kepulan asap dari bawah.
“Saya kebetulan berada di lantai 2 bersama ke tiga anak, Ayu Purwanti (21), Jery (17) dan Asep (12), dan keponakan Fredi (16) serta Dendi (14),” tambahnya.
Melihat kejadian itu, Cucu beserta anak dan kerabatnya mulai panik dan penasaran sehingga salah satu dari mereka ada yang keluar melihat kondisi yang terjadi.
“Fredi dan Dendi berinisiatif melihat keluar pintu ruangan, setelah itu berteriak ke saya kapal dalam kondisi bahaya dan saya langsung bergegas keluar,” paparnya.
Setelah Cucu keluar, terlihat jelas beberapa orang berdesak ingin menyelamatkan diri.
“Tidak lama dari itu petugas mulai mengeluarkan pelampung dan keluarga kami sudah mendapat bagian pelampung,” turunya.
“Namun setelah semua mendapat bagian pelampung salah satu keluarga saya pelampungnya ada yang merebut sehingga harus menunggu pembagian pelampung lagi,” jelas Cucu.
Orang lain satu per satu mulai berlompatan ke laut menggunakan pelampung, secara spontanitas Cucu bersama anak dan keluarganya pun langsung melompat kelaut tanpa menghiraukan semua bawaan yang mereka bawa.
“Harta benda yang dibawa tidak saya pikirkan, yang penting jiwa raga keluarga kami selamat,” kenang Cucu.
Setelah berada di laut, Cucu kembali panik lantaran terpisah bersama anak dan kerabatnya. Waktu itu Cucu mulai mendekat ke perahu nelayan yang menyelamatkan para penumpang kapal.
“Penumpang di perahu berdesakan, saya saat hendak naik pun akhirnya disuruh turun lagi lantaran posisi perahu sudah miring,” terang Cucu.
Cucu memaparkan, kurang lebih 20 menit dirinya terapung menggunakan pelampung menunggu perahu susulan yang mengangkut korban dan akhirnya mendarat hingga bertemu dengan seluruh anggota keluarga.
“Kami bertemu bersama keluarga setelah berada di darat dan salah satu keluarga kami Ayu Purwanti harus dilarikan ke rumah sakit lantaran shok,” jelasnya.
Cucu bersyukur, dirinya bersama keluarga bisa selamat dari tragedi tersebut dan hingga saat ini masih bisa berkumpul meski sebagian harta benda yang dibawanya hingga saat ini hilang entah kemana. (Iwan Mulyadi/WP)