“Ngawelit” Sebuah Tradisi Pelestarian Pohon Dahon di Pangandaran

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Bagi warga pesisir, tanaman dahon atau nipah (Nypa Fruticans) tentu tidak asing lagi. Tanaman ini masih banyak dijumpai di beberapa Kecamatan yang wilayahnya berada di sepanjang perairan laut Kabupaten Pangandaran.

Pohon dahon memiliki fungsi yang beragam. Dari sisi ekologi, vegetasi dahon atau nipah dapat menjaga stabilitas tanah dan mencegah erosi di tepi sungai, bengawan dan rawa-rawa.

foto: iwan mulyadi/wp

Pohon dahon mampu menjadi penambat material sedimen. Sedangkan kaitannya dengan siklus mineral, dahon merupakan penepis angin dan peredam gelombang. Tepi pohon dahon  dapat juga berfungsi memperkecil arus tsunami yang mengarah ke pemukiman.

Daun dahon kebanyakan digunakan untuk atap atau dinding rumah. Buahnya, juga  bisa dijadikan minuman yang segar dan sehat. Namun sayang, kini keberadaan dahon terancam kelestariannya akibat ekploitasi berlebihan dan alih fungsi lahan. Fungsi ekologisnya dikalahkan oleh fungsi ekonomi.

Seperti halnya di Desa Babakan Kecamatan Pangandaran, tanaman ini tumbuh sepanjang sungai perbatasan Desa Putrapinggan Kecamatan Kalipucang dan sepanjang aliran sungai Cikidang di Desa Babakan Kecamatan Pangandaran.

Hingga saat ini warga masih memanfaatkan daun dahon untuk ditadikan ‘hateup’ (atap) bangunan. Meskipun saat ini lahan tempat tumbuh tanaman dahon terus berkurang akibat beralih fungsi menjadi pemukiman.

foto: iwan mulyadi/wp

Rasman (55) warga Desa Babakan Kecamatan Pangandaran mengatakan, meskipun tidak dapat dijadikan penghasilan utama, namun dirinya masih memelihara dan memanfaatkan daun dahon untuk dijadiakan atap bangunan.

“Harga satu buah atap yang berisi 50 lembar daun dahon, dijual seharga Rp.1250, – perbuah. Saat ini dirinya sedang mempersiapakan pesanan atap daun dahon sebanyak 1000 lembar,”kata Rasman.

Dirinya juga menjelaskan pesanan tersebut datang dari seorang pemilik rumah makan, yang sedang membangun sebuah restoran tepi pantai dengan konsep tradisional.

Rasman mengakui bahwa lahan tempat tumbuh tanaman dahon terus berkurang, warga mengurug  dan menjadikan pemukiman.

“Dulu di lahan ini sangat luas, sebagai habitat tanaman dahon. Namun masyarak banyak menggunakan sebagai tempat tinggal. Saya yakin jika tidak segera diintervensi pihak pemerintah, kebun dahon akan musnah dan tradisi ngawelit tinggal cerita,” pungkasnya. (Iwan Mulyadi/WP)

berita pangandaranpangandaran
Comments (0)
Add Comment