Tertangkap Kamera, Penampakan Macan Tutul di Gunung Sawal Ciamis

wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis memastikan keberadaan habitat satwa liar langka jenis macan tutul jawa di Suaka Margasatwa (SM) Gunung Sawal. Teridentifikasi empat ekor macan tutul menghuni kawasan konservasi tersebut berkat pengintaian kamera jebak.

Bukti berupa foto dan video penampakan satwa karnivora besar dengan nama latin Panthera pardus melas keliaran di SM Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ini dirilis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat. Pihak Bidang KSDA Wilayah III Ciamis telah melakukan pengamatan menggunakan alat bantu berupa kamera jebak di lokasi itu sejak September 2016 hingga Februari 2017.

“Sekitar 20 unit kamera jebak dikonsentrasikan pada lokasi-lokasi yang diduga menjadi wilayah jelajah serta area yang banyak ditemukan tanda-tanda keberadaan macan tutul jawa di SM Gunung Sawal,” kata Kepala BBKSDA Jawa Barat Sustyo Iriyono via rilis yang diterima detikcom, Rabu (8/3/2017).

Pengamatan sepanjang waktu itu, sambung Sustyo, membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Dari 20 kamera jebak yang disebar, menurut dia, sebanyak 11 kamera jebak berhasil memotret penampakan macan tutul jawa.

“Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat empat individu berbeda yang terdiri dua individu jantan dewasa bercorak totol, satu individu betina dewasa bercorak totol, dan satu individu dewasa bercorak hitam yang belum diketahui jenis kelaminnya,” kata Sustyo.

Selain itu, dia melanjutkan, terdapat tiga foto individu lain yang terlihat berbeda terdiri satu foto macan tutul jawa bercorak totol dan dua foto macan tutul jawa bercorak hitam. Namun sayang, menurut dia, kualitas foto yang didapat tidak terlalu bagus.

“Sehingga tidak dapat dipastikan apakah ketiga foto tersebut merupakan individu yang sama ataukah berbeda dengan empat macan tutul jawa yang telah berhasil diidentifikasi,” kata Sustyo.

Adanya bukti foto dan video, tutur dia, keberadaan satwa liar langka tersebut di SM Gunung Sawal sudah tidak diragukan lagi. Meski begitu, BKSDA Jabar belum dapat memastikan estimasi populasi hewan pemburu ini berkeliaran di Gunung Sawal.

“Cukup seringnya kejadian konflik antara macan tutul jawa dengan masyarakat di sekitar kawasan menjadi bukti kuat bahwa top predator tersebut memang masih menjadi penguasa di Gunung Sawal,” kata Sustyo.

SM Gunung Sawal menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa liar, salah satunya adalah macan tutul jawa. Satwa ini merupakan satwa dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Sejak tahun 2007, The IUCN Redlist of Threatened Species mengategorikan Macan tutul jawa sebagai critically endangered karena populasinya terus menurun di alam.

Lebih lanjut Sustyo menjelaskan, daerah jelajah macan tutul jawa diperkirakan bukan hanya di SM Gunung Sawal, melainkan juga di hutan produksi yang dikelola Perum Perhutani. Hal tersebut mengingat hampir keseluruhan SM Gunung Sawal dikelilingi hutan Perum Perhutani dan bukti-bukti keberadaan macan tutul jawa ditemukan di kawasan hutan produksi.

Catata BKSDA Jabar, daerah jelajah kucing besar ini di kawasan Gunung Sawal mencapai 11.000 hektare, yang terdiri atas SM Gunung Sawal seluas 5.400 hektare dan hutan produksi seluas 5.600 hektare.

“Luasan tersebut masih cukup ideal paling tidak untuk empat hingga tujuh ekor macan tutul jawa di kawasan Gunung Sawal,” kata Sustyo.

Dia menegaskan, monitoring secara berkala terhadap populasi macan tutul jawa, selain di SM Gunung Sawal, juga dilakukan kawasan konservasi lainnya seperti di CA Tukung Gede, SM Cikepuh, CA Gunung Simpang, CA Gunung Tilu, CA/TWA Tangkuban Parahu, CA Burangrang, CA Telaga Warna, CA Papandayan, dan CA Kamojang. Menurut Sustyo, hal tersebut dilakukan agar estimasi populasi macan tutul jawa secara keseluruhan di kawasan konservasi yang dikelola BBKSDA Jawa Barat dapat diketahui.

Selain itu, dia menyebutkan, pihaknya berupaya meningkatkan kegiatan perlindungan kawasan maupun pemulihan ekosistem untuk menjaga habitat serta menjamin ketersediaan pakan macan tutul jawa. Lalu berkaitan konflik antara macan tutul jawa dengan masyarakat, Sustyo menyatakan, perlu dibuat skema yang tepat agar kejadian tersebut dapat diminimalisir.

“Ke depannya, BBKSDA Jawa Barat akan terus mendorong keterlibatan secara aktif berbagai pihak yang concern terhadap pelestarian macan tutul jawa. Utamanya dalam penjagaan dan pembinaan habitat, pengelolaan populasi, serta penanganan konflik macan tutul jawa dengan masyarakat di sekitar kawasan konservasi,” kata Sustyo.

Sumber: detiknews

berita ciamisciamis
Comments (0)
Add Comment