Menyusuri Romantisme Hutan Mangrove di Batukaras Pangandaran

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Keberadaan hutan mangrove di Dusun Sanghyangkalang, Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran ditargetkan menjadi penunjang ekowisata di kabupaten Pangandaran.

Pengembangan hutan mangrove, adalah program Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia yang dinamakan Pusat Restorasi Penelitan Mangrove (PRPM)

Untuk Menuju ke Wisata Hutan Mangrove ini kita bisa masuk melalui Gerbang Utama Pantai Batukaras, tentunya bayar dulu tiket masuk. Setelah itu ikuti jalan menuju Pantai Batu karas kemudian Belok ke kiri ke Jalan Sanghiangkalang.

Terus saja ikuti jalan tersebut. Setelah itu akan menemukan perempatan, terus saja lurus hingga nanti melihat Gapura, dan  perjalanan dilanjutkan melewati sawah dan kolam Ikan. Ikuti jalan hingga sampai di tempat parkir.

Untuk Kendaraan 4 diparkirkan tidak jauh dari Gapura, sedangkan untuk Roda dua bisa sampai tempat parkir di area Hutan Mangrove. Sedangkan untuk Tiket Masuknya Rp.5000 per orang, tidak termasuk tiket masuk Pantai Batukaras. Dengan parkir Rp.5000 untuk kendaraan roda empat dan Rp.2000 untuk roda dua.

Seperti diketahui, manfaat mangrove sangat besar terutama mencegah abrasi di wilayah pantai. Dengan adanya PRPM ini, sedikit demi sedikit akan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian mangrove

Menurut warga, dulu banyak yang merambah mangrove sekedar untuk membuat arang misalnya. Dengan adanya PRPM ini akan terhindar. Masyarakat pun diajak memantau kelestariannya.

foto: iwan mulyadi/wp

Saat ini nilai positif dari pengembangan hutan mangrove sudah terlihat. Pasalnya, wisatawan domestik banyak yang datang ke sana. Selain itu, para pelajar dan mahasiswa yang ingin melakukan pengujian dan penelitian tentang mangrove atau biota lainnya pun dipersilakan untuk datang ke sini.

Adapun di dalam area seluas 20 hektare itu ada berbagai jenis mangrove mulai dari bruguiera exaristata, gymnorrhiza, parviflora, dan lain-lain. Proses penghijauanà terus dilakukan bertahap di sepanjang pantai di Pangandaran.

Sebelum ditata dengan adanya jembatan, di daerah tersebut memang merupakan lahan mangrove. Sejak 2004, beberapa warga mulai menanam mangrove di atas tanah negara tersebut. Pasca tsunami sampai saat ini makin banyak warga yang tertarik dan mulai peduli pada pelestarian mangrove.

Di kawasan Wisata Mangrove ini juga terdapat warung-warung yang menyediakan makanan ringan dan minuman. Sehingga untuk wisatawan yang tidak membawa bekal tetap dapat nyaman untuk sekedar menghilangkan rasa haus dan mengganjal perut usai berkeliling di area hutan mangrove.

Dikawasan tersebut telah dibangun sebuah jembatan yang membentang ditengah-tengah hutan mangrove yang hijau dan tumbuh subur.

Bantalan yang dicat warna merah menjadi spot berfoto yang sangat indah, kontras dengan hijaunya pepohonan yang ada. Karena didominasi pasangan muda mudi, oleh warga dikenal sebagai “Jembatan Cinta”.

Untuk menjaga keasrian dan kebersihan lingkungan dikawasan tersebut, sepanjang Jembatan telah tersedia tempat sampah yang di gantung di pegangan jembatan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar pengunjung tidak bingung untuk membuang sampah.

Namun saat Warta Priangan berkunjung, Sabtu (25/3) siang, pengunjung yang datang ke kawasan tersebut sangat sedikit.  Dari beberapa warung yang ada hanya satu warung yang berjualan sedangkan yang lainnya memilih tutup.

Menurut Ibu pemilik warung, jumlah kunjungan ke kawasan tersebut sedang sepi. Itu pula penyebab warung lainnya memilih tutup dan kemungkinan hari esok minggu buka lagi.

Dirinya menambahkan banyaknya objek wisata baru yang mulai dipasarkan di beberapa wilayah Kabupaten Pangandaran juga berpengaruh pada menurunnya jumlah kunjungan ke kawasan itu. (Iwan Mulyadi/WP)

 

berita pangandaranobjek wisata di pangandaranpangandaran
Comments (0)
Add Comment