wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Dari 14 unit alat pendeteksi dini (Early Warning System) bencana gempa dan tsunami yang terpasang di sepanjang pesisir pantai Pangandaran, hanya 2 alat saja yang masih berfungsi. Hal ini karena keterbatasan anggaran untuk perawatannya.
Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Dan Penanggulangan Bencana Kab Pangandaran Nana Ruhena, kerusakan ke 12 alat pendeteksi bencana atau Early Warning System (EWS) hingga kini belum ada perbaikan.
“Untuk memperbaiki alat tersebut memakan biaya yang cukup tinggi,” ujar Nana, Senin (17/7) siang tadi.
Nana menambahkan, dengan keterbatasan anggaran, maka pihaknya telah berupaya untuk mengusulkan bantuan ke Pemerintah Provinsi dan Pusat.
“Namun saya mengalami kendala, karena terbentur dengan lembaga yang dinaunginya masih berupa dinas yang difokuskan kepada bidang Pemadan Kebakaran.
“Mengingat Pangandaran merupakan peringkat ke lima seJawa Barat dan ke 16 seIndonesia sebagai daerah bencana alam, maka kami mengusulkan ke Provinsi untuk diubah menjadi Badan, yang saat ini masih dalam tahap proses usulan ke Provinsi, biar kembali lagi menjadi BPBD,” ungkapnya.
Nana pun mengatakan, bahwa bencana gempa dan tsunami di Pangandaran sudah terjadi sebanyak empat kali, di mulai pada tahun 1974-1993.
“Hanya saja pada tahun 2006 yang terbesar hingga memakan korban hingga swkitar 500 sampai 600 orang,” ungkapnya.
Sementara Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengakui minimnya anggaran untuk perawatan kelengkapan peralatan pendeteksi dini bencana alam.
“Makanya saya suruh Pak Kadis pinter-pinter ngusulin ke Provinsi dan Pusat, karena anggaran saat ini, masih fokus kepada hal yang mendasar seperti penataan kawasan dan infrastruktur,”ujarnya. (Iwan Mulyadi/WP)