Mengenang 11 Tahun Tragedi Tsunami di Pangandaran

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Sebelas tahun lalu, tepatnya Senin 17 Juli 2006 pukul 15.16, ombak besar tinggi menggulung menghantam 57 km garis pantai Pangandaran usai gempa 6,8 SR menguncang. Ratusan kampung pesisir porak poranda disapu tsunami.

Lebih dari 500 warga meninggal dan puluhan lainnya dinyatakan hilang. Ribuan rumah warga rusak, puluh ribu jiwa penduduk terpaksa tinggal dipengungsian sampai berbulan-bulan.

Pantai Pangandaran merupakan daerah yang paling parah dihantam tsunami yang datang tanpa peringatan tersebut. Korban jiwa paling banyak di ditemukan di kawasan wisata Pantai Pangandaran.

Tak hanya rumah, sejumlah hotel, restoran, bahkan ratusan perahu nelayan hancur. Termasuk ratusan kios PKL yang waktu itu disebut “tenda biru” disapu amuk tsunami. Bencana dahsyat itu kemudian popular disebut dengan tsunami Pangandaran.

11 Tahun kemudian, Senin 17 Juli 2017 peristiwa tersebut dikenang kembali. Ratusan orang dari berbagai organisasi relawan kebecanaan dan elemen masyarakat lainnya melakukan serangkaian kegiatan untuk mengingatkan dan mewaspadai tsunami.

Diawali dengan melakukan long march mengitari kawasan Wisata Pantai Pangandaran, doa bersama di Panggung Terbuka dekat Run Way Susi Air dan berakhir dengan melakukan doa bersama dan peletakan karangan bunga di makam para korban tsunami yang tidak dikenal dan dikubur masal di lokasi ini.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, kegiatan ini bukan untuk mengungkit luka lama, namun untuk mendapatkan pelajaran berharga dari suatu bencana.

“Kita bisa belajar banyak dari bencana yang menimpa. Baik sisi keilmuan maupun kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yang bisa datang kapan saja.

Kita juga dapat belajar untuk meminimalisir jumlah korban termasuk daerah-daerah yang rawan bencana,”ujarnya.

Bupati mengaku dulu dirinya memimpin pemakaman korban tsunami yang tidak teridentifikasi, saat dirinya menjadi ketua DPRD dan kali ini sebelas tahun kemudian, kembali dirinya memimpin doa bersama dan tabur bunga di makam korban tsunami yang dimakamkan secara masal di lokasi tersebut.

Meski tsunami Pangandaran sudah sebelas tahun berlalu, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada.

“Kita prihatin alat deteksi dini tsunami di Pangandaran sebagai alat pertama yang dapat memberikan info awal lebih dini kemungkinan terjadinya tsunami sudah mulai rusak.

Padahal, early warni system MITA yang pernah dipasang atas kreasi Watimpres tahun 2007 lalu, banyak yang sudah tidak berfungsi karena rusak,”ujarnya.

Dari 14 alat yang dulu terpasang lanjutnya, tinggal 2 unit yang berfungsi. Satu di Telkom Pangandaran dan satu lagi di Bojongsalawe. Padahal Kabupaten Pangandaran masuk urutan 16 daerah rawan bencana tingkat Nasional, dan urutan ke 5 se Jawa Barat, setelah Sukabumi, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya

“Maka harus kita pikirkan bersama untuk kembali diaktifkan lagi, agar kita waspada dan dapat mengantisipasi jika bencana terjadi dan mengurangi jumlah korban,”pungkasnya.

(Iwan Mulyadi/WP)

berita pangandaran
Comments (0)
Add Comment