wartapriangan.com. BERITA TASIKMALAYA. Kawasan Jalan Dr. Soekarjo Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu )12/08/2017) siang dipadati oleh ratusan siswa dan siswi serta guru. Mereka turun ke jalan dalam rangka unjuk rasa menolak Full Day School.
Penolakan ini karena full day school dianggap mengancam keberadaan Madrasah Diniyah khususnya di Kota Tasikmalaya. Aksi damai ini bertujuan untuk menolak atas kebijakan dari Kemendikbud mengenai aturan lima hari sekolah.
“Pada dasarnya kita sangat keberatan. Karena kebijakan itu merugikan pihak kami yang memiliki, mengelola Madrasah Diniyah khususnya, dan juga Taman Pendidikan Quran (TPQ) yang sekolahnya berangkat sore sekitar pukul 15.00 WIB,” tutur Asep Rijal, salaj seorang guru Dinyah kepada sejumlah wartawan di Jalan Dr. Soekarjo, Kota Tasikmalaya ketika sedang berada di kerumunan masa.
“Kalau full day school diterapakan di sekolah dasar, maka secara tidak langsung sekolah diniyah di Kota Tasikmalaya akan terpinggirkan. Maka kami keluaraga besar NU menyatakan menolak keras kehadiran full day school.
“Jauh sebelum full day sechol, madarasah itu ikut membangun karakter negara. Kalau hari ini hanya kepentigan politik, maka kami menolak secara tegas kehadiaran full day school dan selamatakan madarasah diniyah di Kota Tasikmlaya,” tutur Rijal.
“Kebijakan itu juga belum bisa kami terima. Karena memberatkan siswa. Jadi kebijakan ini sangat mengancam eksistensi keberadaan Madrasah Dinyah yang ada di Tasikmalaya khususnya,” tegasnya.
“Harapan saya bahwa aspirasi kami menolak Full Day School dan belum bisa menerima kebijakan ini didengarkan dan ditanggapi dengan baik,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu siswa, Alya Rahman mengatakan, karena kebanyakan siswa di Tasikmalaya sekolah sambil mesantren, otomatis kalau full day school diterapakan, tidak bisa mengikuti pelajaran agama. “Kalau saya sih ga mesantren. Tapi banyak teman-teman saya yang mengikuti pesantren,” ujarnya. (Andri/WP).