Fakta Baru Kisah Getir Pemulung Cilik di Tasikmalaya

wartapriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Kisah kakak adik pemulung cilik di Tasikmalaya viral di media sosial. Mereka bekerja malam hari mencari sampah sambil membawa adiknya yang paling kecil. Sang adik, Senja Setiawan (3) selalu tertidur lelap dalam gerobak berisi sampah ketika kedua kakaknya bergantian mendorong gerobak.

Kedua anak tersebut dikabarkan tidak bersekolah. Mereka terpaksa putus sekolah karena keterbatasan ekonomi.

Sebelumnya, kakak beradik tersebut, Sahrul Gunawan (7) dan Salasa Nabila (5) pernah tercatat sebagai siswa di SDN Sindangasih, Mangkubumi, Tasikmalaya dan hal itu dibenarkan oleh kepala sekolah SD tersebut, Yayah Rohyana. “Iya itu dulu, tapi sekarang udah setahun lebih tidak tercatat karena sejak kelas satu suddah gak masuk sekolah,” jelasnya.

Pihak sekolah pun terus berupaya membujuk agar Sahrul dan Salsa kembali ke bangku sekolah, namun gagal. Kabarnya, ibu kandung Sahrul dan Senja tidak mengizinkan kedua anaknya kembali bersekolah.

“Kita pernah cari ke rumah orang tuanya, jemput bola lalu melalui tokoh masyarakat sudah laporan, lalu suruh Pak Pipin (guru SDN Sindangasih) untuk telusuri keadaan mereka. Dari laporan Pak Pipin, mereka diminta mulung sama ibunya,” papar Yayah, Jumat (03/11/2017).

Sementara itu, ibu kandung Sahrul dan Salsa, Kokom menampik tuduhan telah mempekerjakan kedua anaknya. Ibunya beralasan Sahrul enggan kembali ke rumah dan sekolah karena takut perlakuan ayah kandungnya yang galak. Ketiga anaknya memilih hidup di jalanan menjadi pengemis, pencari rongsokan serta sampah karena menghasilkan uang secara cepat.

“Kersaeun sakola mah, namun yang laki-laki takut sama bapaknya galak. Sehari-hari Sahrul suka pulang ke kakaknya. (Sahrul masih mau sekolah, tapi takut sama bapaknya yang galak. Jadi suka pulang ke rumah kakaknya),” jelas Kokom (45).

Fakta lain justru muncul dari Ketua Rukun Tetangga tempat tinggal Kokom di Kampung Kereteg, Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Kokom masih tercatat sebagai warga yang memiliki suami sah. Namun, rumah panggung kecil miliknya sudah tidak dihuni lagi. Kokom dikenal sebagai pribadi yang keras susah diatur oleh warga sekitar meski kerap menerima bantuan.

“Ia tercatat di kampung ini dan terkenal masalahnya itu orangnya susah diatur,” jelas Yusuf, Ketua RT 03 menuturkan kepada wartapriangan.com.

Masih kata Yusuf,  keluarga tersebut sudah jarang tinggal di rumahnya. “Rumahnya masih di sini, anaknya juga dibawa kerja. Waktu itu mah kerjanya minta-minta. Tapi bantuan-bantuan (pemerintah) mah sampai ke keluarga itu”.

Kokom sendiri saat ini tinggal di emperan toko kawasan Perempatan Nagarawangi bersama seorang pria yang juga berprofesi sebagai pemulung. Kokom tinggal di kelilingi tumpukan sampah hasil keringatnya bersama Sahrul dan Salsa. Sementara Sahrul dan Salsa tinggal bersama kakaknya di kawasan Pasar Cikurubuk.

Menurut Yusuf, dibutuhkan peran serta pemerintah agar Sahrul, Salsa dan adiknya yang masih kecil mendapat hidup serta pendidikan layak. Jangan sampai kebiasaan mengemis dan mencari rongsokan yang langsung menghasilkan uang menjadi dalih untuk tidak sekolah. (Andri Ahmad Fauzi/WP)

Baca juga:

Kisah Getir Pemulung Cilik di Tasikmalaya

berita tasikmalaya
Comments (0)
Add Comment