wartapriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Pemberitaan tentang grup media sosial gay di Tasikmalaya menuai reaksi. Bukan sekedar dari para pembaca, reaksi kemarahan juga diterima redaksi Warta Priangan. Sebelumnya, Warta Priangan menulis berita berjudul “Sereeem… Grup Gay di Tasikmalaya Ini Punya Anggota Ribuan Orang!”
Sebetulnya kemarin malam, Jumat (03/11/2017) juga sudah ada reaksi bernada marah terkait pemberitaan tersebut. Tapi redaksi memilih diam, dan menganggap wajar. Kemarin, reaksi yang diterima redaksi melalui saluran komunikasi email. Email tersebut intinya mempertanyakan, apa maksud dari berita tersebut sekaligus meminta redaksi menghapus berita tersebut.
“Kalian merasa dirugikan apa? Jangan merasa paling benar!” begitu katanya.
Pada briefing rutin pagi tadi, email tersebut sempat mengemuka. Namun semua jajaran redaksi sepakat untuk tidak merespon.
Boleh jadi karena merasa tidak direspon, reaksi kemarahan muncul lagi siang ini, Sabtu (04/11/2017). Kali ini melalui saluran komunikasi WhatsApp Redaksi Warta Priangan. Tiga baris pesan teks masuk. Dan, respon yang satu ini berbeda dengan email, bahasanya kasar dan berisi sumpah serapah.
Operator yang bertugas mengelola saluran media sosial Warta Priangan menyampaikan laporan tersebut. Ketika itu, redaksi masih memilih untuk tidak merespon. Namun ternyata pengirim pesan WhatsApp tidak berhenti sampai di situ. Selanjutnya, dia melakukan panggilan berulang-ulang ke nomor redaksi.
“Kalau ada keberatan dengan pemberitaan, mekanismenya sudah diatur oleh regulasi yang ada. Siapapun bisa menyampaikan Hak Jawab. Insya Alloh kita sangat membuka pintu untuk itu,” terang Iwan Mulyawan, Pimpinan Umum Warta Priangan.
Masih menurut Iwan, pada dasarnya sebuah informasi yang layak diberitakan itu karena memiliki nilai penting. Secara teori, ada banyak nilai penting berita, misalnya unik, magnitude, popularitas, proksimitas, humanis, dan lain sebagainya.
“Gay di Tasikmalaya itu fenomena yang memiliki nilai penting berita yang kuat. Proksimitasnya kena, humanisnya ada, apalagi konfliknya, ini kan muncul di Kota Santri. Jadi sangat wajar kalau jadi sasaran media massa. Dan saya kira, Warta Priangan bukan satu-satunya media yang pernah memberitakan gay di Tasikmalaya,” tambah Iwan,
Meski begitu, Iwan tetap berharap, siapapun yang merasa keberatan dengan pemberitaan tersebut, untuk bisa menempuh mekanisme yang sudah diatur peraturan perundangan.
“Sambil ngopi-ngopi di sini juga boleh, sambil silaturahmi. Pintu kantor kami sangat terbuka untuk siapapun yang mau silaturahim,” pungkas Iwan. (Senny Apriani/WP)