wartapriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Gagasan Pemerintah Kota (Pemkot) untuk membenahi saluran air dan gorong-gorong di Tasikmalaya awalnya disambut baik oleh hampir seluruh lapisan warga Kota Tasikmalaya. Namun seiring dengan berjalannya proses pengerjaan, mulai banyak suara-suara miring yang mengeluhkan perbaikan gorong-gorong tersebut. Selain dinilai tak sedap dipandang, gundukan material perbaikan gorong-gorong tersebut menimbulkan kemacetan dan debu.
Seperti yang dituturkan oleh Agus Sali (34), seorang karyawan swasta yang setiap harinya pulang dan pergi kerja melalui seputaran Jalan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya. “Harusnya pemerintah memperhatikan kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan, soalnya sejak dimulai sampe sekarang kayanya progresnya lambat banget. Padahal kan debunya sangat mengganggu pengendara motor seperti saya, belum lagi jalan yang asalnya cukup untuk dua lajur sekarang cuma bisa satu lajur, habis sebagian jalan ketutupan tanah dan bahan proyek,” tuturnya saat ditemui di sekitaran Jalan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya, Rabu (08/11/2017).
Perbaikan gorong-gorong yang direncanakan rampung pada akhir bulan Desember ini memang tampaknya tidak akan rampung tepat waktu, Pasalnya hingga saat ini di sebagian besar daerah, hampir baru mencapai tahap pengerukan. Sehingga para pejalan kaki masih belum bisa mempergunakan trotoar sebagai mana mestinya dan terpaksa berjalan di jalan yang diperuntukkan untuk kendaraan roda dua dan empat.
Sementara itu, ditemui wartapriangan.com di kediamannya, Paktisi Hukum yang sekaligus Ketua BPC Perkumpulan Advokat Indonesia (PAI), Dani Saffari Ependi, SH mengatakan, memang di Kota Tasikmalaya saat ini sedang ada kegiatan perbaikan fasilitas umum. “Namun kalau dibaca sisi keindahan kurang begitu indah, apalagi kalau di sini cuaca hujan. Jadi kalau menurut saya sangat mengganggu dan menimbulakan debu serta kemacetan di mana-mana,” ujarnya.
Lebih lanjut Dani mengatakan, hampir setiap bulan November dan Desember biasanya cuaca hujan. “Jadi kalau menurut hemat saya, kalau bisa kepada pemerintah dimundurkan waktunya misalnya bulan Agustus atau Oktober. Apalagi di Tasik sering diadakan kegiatan. Misalnya ada festival Oktober kemarin, dengan adanya galian itu malah menimbukan kemacetan di beberapa ruas jalan Kota Tasikmalaya,” pungkasnya. (Andri Ahmad Fauzi/WP)