wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Seorang ibu hidup sederhana di sebuah perkampungan di Dusun Gunungsari RT 23 RW 11 Desa Karangpaningal, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, cukup jauh dari pusat kota, sekitar 50 km. Dari kantor Kecamatan Panawangan, rumah ibu ini dapat ditempuh tiga puluh menit menggunakan mobil, dengan melintasi bukit-bukit dan jalan turunan yang cukup terjal. Lalu, harus jalan kaki melewati jalan tanah merah.
“Rumahnya itu awalnya sudah tidak layak huni. Lalu masyarakat patungan dapat Rp. 800 ribu untuk membeli GRC. Kemudian gotong-royong membangun rumah. Namun, baru sepuluh hari diisi terkena longsor dan rumah bagian belakangnya rusak,” jelas Kepala Dusun Gunungsari, Solihin.
“Saat ini rumahnya berbahaya untuk dihuni, maka sementara ini Etin dan keluarganya diungsikan ke rumah tetangga. Sementara itu masyarakat besok mulai gotong-royong kembali membangun rumah untuk Etin dan anak-anaknya. Tetapi lokasinya sepuluh meter dari bangunan awal, karena kalau di sana dibangun lagi, dikhawatirkan terjadi longsor susulan kembali,” pungkasnya.
Kasi Pelayanan Desa Karangpaningal, Dayat Ahmad Hidayat, menyampaikan jika Entin sendirian menafkahi enam anaknya. “Dia berjuang sendiri untuk menghidupi enam anak-anaknya yang masih kecil-kecil,” ujarnya.
“Untuk merawat keluarganya, kadang jadi buruh cuci baju, kadang memotong rumput tetangganya. Masyarakat sekitar juga suka memberi untuk keluarganya. Karena kasihan, anak-anaknya masih kecil dan suaminya juga sudah meninggal empat tahun lalu,” paparnya.
Reporter Warta Priangan, Pujitio pun sempat menemui Entin dan enak anaknya. “Andai suamiku masih ada,” ucap Entin dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk anak perempuannya yang masih kecil, membuka pembicaraan Entin dengan Pujitio.
Menurut Entin, sang suami meninggal karena sakit. Sejak itu ia berjuang sendiri, bekerja serabutan untuk menghidupi enam anaknya.
Anak-anak sekarang Entin ada yang sudah duduk di bangku sekolah TK dan SD. Tentunya ia memerlukan biaya yang cukup besar untuk biaya sekolah anak-anaknya tersebut. “Sebetulnya berat, untuk bekal sekolahnya sehari-hari sulit. Jangankan bekal sekolah untuk makan anak-anak saya sering mengandalkan pemberian dari tetangga,” lanjut Entin sambil terisak.
Ia bukan menyesali kepergian suami atau nasib yang dialaminya. Entin yakin itu sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Namun ia kasihan kepada enam anaknya, sering mereka terpaksa harus menahan lapar.
Satgas PB BPBD Kabupaten Ciamis yang terjun ke lokasi menyampaikan akan mengusahakan bantuan untuk Entin dan anak-anaknya. “Kalau melihat seperti ini, kita coba koordinasi dengan dinas terkait. Mudah-mudahan ada jalan yang baik untuk keluarga ibu Etin,”tegasnya. (Pujitio/WP)