wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Tim Monitoring dan Evaluasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berharap pengurangan risiko bencana di sejumlah wilayah rawan bencana di Kabupaten Pangandaran terus ditingkatkan.
Hal tersebut disampaikan Prof H Sarwidi, Ketua Tim Monev BNPB saat berkunjung ke Pusdalops Penanggulangan Bencana DPKB Kab Pangandaran, Jumat (29/12/2017) lalu.
“Setelah kita petakan, wilayah Pangandaran memang merupakan daerah rawan gempa dan tsunami sehingga persiapan-persiapan selanjutnya harus lebih baik, termasuk keberadaan alat deteksi tsunami,” ungkapnya.
Kata dia, ada 12 alat deteksi dini tsunami atau Tsunami Early Warning Sistem (TEWS) yang saat ini tidak berfungsi di Pangandaran. “Perlu ada penggantian peralatan secepatnya karena bencana tidak menunggu kita siap, ini yang perlu diperhatikan bersama,” ujarnya.
Sarwidi mengingatkan agar dilakukan penguatan kapasitas, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta terkait kebencanaan. Kemudian, ketersediaan rambu-rambu jalur evakuasi juga harus diperbanyak, terutama di wilayah rawan bencana.
“Masyarakat juga perlu dilatih sehingga nantinya mereka tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi,” ungkapnya.
Kabupaten Pangandaran, kata dia harus memiliki sistem penanganan bencana yang baik sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman saat berkunjung.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Nana Ruhena mengatakan, ada 14 alat deteksi dini tsunami atau Tsunami Early Warning System (TEWS), namun hanya dua yang masih berfungsi.
Idealnya, kata dia, dibutuhkan sekitar 30 TEWS di Pangandaran dengan panjang pantai sekitar 93 kilometer.
Dalam kunjungannya, Tim Monev BNPB juga berdialog dengan para relawan yang aktif dalam kegiatan rehab rekon pasca gempa dua pekan lalu. Sejumlah relawan yang hadir diantaranya FKDM Batukaras, FKDM Legokjawa, FKDM Ciganjeng, FKDM Babakan, OCC, MDMC, Tagana, AMS Rescue, TKSK, SOG Rescue dan POTSAR Pangandaran. (Iwan Mulyadi/WP)