wartapriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Dunia pendidikan di Kota Tasikmalaya kembali menjadi sororotan publik. Hal tersebut terjadi setelah adanya kejadian perpeloncoan saat pelatihan polisi siswa (polsis) di salah satu SMA Negeri ternama di Kota Tasikmalaya. Bahkan ada indikasi terjadi pelecehan seksual dalam insiden tersebut.
Korbannya adalah sebanyak 22 orang siswi MTS dan MA Pajrul Islam yang mengikuti kegiatan pelatihan polisi siswa yang dilaksanakn pada hari Sabtu kemarin. Menurut informasi yang dihimpun wartawan pada saat pelaksanaan kegiatan, sempat diminta untuk melucuti kerudung dan pakaian dengan menyisakan pakaian dalam saja.
Mereka tidak bisa menolak permintaan para pelatihnya karena merasa takut, sehinggga kasus tersebut baru diceritakan kepada salah satu pembina sekolah saat pulang dari latihan tersebut.
Saat dimintai keterangan, Kepala Sekolah MA Pajrul Islam, Arpan Afandi menuturkan, hari Sabtu pihaknya memberangkatan siswa-siswi ke sekolah tersebut untuk melaksanakan latgab polsis. “Kami pulang. Setelah itu para siswa dijemput jam 16.00 WIB. Harusnya selesai jam 16.00 dan ternyata saya kesana masih berlangsung. Setengah enam saya tanya kepada pihak panitia itu sudah sholat ashar belum,” paparnya.
Masih menurut Afpan Pajrul, dari puluhan siswa tersebut sempat beberapa siswa menangis karena tidak terima dengan perlakuan para pelatihnya, yang dianggap melecehkan dan melanggar norma norma agama.
Sementara itu, salah satu siswi MTS yang juga peserta kegaiatan, Dinda Aulis membenarkan kajadian tersebut. “Saya disuruh cuci muka dibasuh semua badan. Istirahat paling cuma 20 menitan malah dikasih kesempatan untuk sholat,” jelasnya.
“Kaget malah disuruh buka baju. Sempat menolak namun malah dimarahin sama panitia,” jelas siswa lain, Siva Rahmawati.
Akibat kejadian tersebut, pihak MTS Pajrul telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian, karena dianggap telah melecehkan siswinya tindakan para panitia dianggap di luar norma-norma.
Sementara itu pihak sekolah SMA Negeri 9 Tasikmalaya yang menjadi pelaksana pelatihan polisi siswa membantah telah terjadi pelecehan terhadap para siswi MTS dan MA Pajrul Islam. Pihak SMA 9 berdalih dalam acara tersebut pembina menerapkan pelatihan kecepatan waktu ganti pakaian agar bisa disiplin dan tepat waktu. Sedangkan pelaksanaanya dilaksanakan dalam ruang terpisah antara pria dan wanita, untuk mengganti pakaian dari latihan di sekolah ke kegiatan penjelajahan lapangan.
“Kami sudah berusaha datang ke sekolah tersebut pada saat malam kejadian. Sabtu kejadian, magrib saya baru menerima WA lalu kami langsung ke sekolah bersama pihak sekolah yang terkait termasuk dari pengurus polsis kota. Setelah kita mendengar klarifikasi dari anak kami, semua datang ke pesantren diterima dengan baik,” ujar Kepsek SMAN 9 Kota Tasikmalaya, Elin Darliah dalam keterangan persnya, Selasa (20/02/2018).
Kini kasus tersbut rencananya akan diselesaikan dengan pihak kepolisian Polres Tasikmalaya Kota guna dilakuan penyelidikan lebih lanjut. (Andri Ahmad Fauzi/WP)