wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Situ Cisamping di Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, pesona alamnya begitu asri. Dengan air danaunya yang bening dan rimbun pepohonan memanjakan mata para pengunjung yang datang melepas kepenatan.
Suasana alam yang sejuk, makin sempurna dengan semilir angin dan suara burung liar. Suasana yang pas untuk refreshing setelah bergelut dengan rutinitas dan kesibukan pekerjaan.
Catatan Perjalanan
Reporter Warta Priangan Minggu (10/3/2018) siang ini, mencoba melakukan perjalanan ke Situ Cisamping. Berikut catatannya.
Waktu menunjukan pukul 13.30 WIB, Matahari tepat di atas ubun-ubun saat kami berangkat dari Kecamatan Pangandaran memulai perjalanan ke arah Cijulang. Ya, hari ini memang cuaca sangat cerah.
Kurang lebih 1 jam perjalanan sampailah ke tempat yang dituju. Dari jauh sayup-sayup terdengar sapaan selamat datang melalui load speaker dari pengelola objek wisata alam Situ Cisamping.
Petugas dengan sigap membantu mengarahkan kendaraan ke lokasi parkir agar area yang terbilang sempit itu tetap tertib dan tidak semrawut.
Selanjutnya dengan ramah para pemuda yang terlibat mengelola kawasan tersebut, memandu pengunjung untuk dapat beristirahat, baik di bangunan kayu maupun aula permanen yang tersedia disana.
Dipinggir danau tampak beberapa kios sederhana para pedagang makanan ringan dan minuman yang siap melayani kebutuhan pengunjung, untuk sekedar melepas dahaga dan makan cemilan.
Bagi pengunjung yang akan lesehan ditepi danau, juga sudah tersedia sewaan tikar dengan tarif Rp.10 ribu sepuasnya.
Para pengunjung juga ditawarkan menikmati fasilitas sepeda air fiberglass angsa dengan tarif Rp.10 ribu per jam.
Selain itu pengunjung juga dapat berenang di air dangkal dengan menyewa life jaket dengan tarif Rp.5 ribu perjam.
Pengelola Situ Cisamping
Saat ini objek wisata alam Situ Cisamping dikelola sekitar 15 orang pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Jaya Giri Desa Batukaras.
Menurut Bendahara Karang Taruna Jaya Giri, Mumu (34), pengelolaan Situ Cisamping mulai dikelola pada h-3 Tahun baru 2018.
“Jadi baru berjalan 3 bulan, namun sebelum terjadi pembangunan seperti sekarang tempat ini sudah lama dirintis sebagai objek wisata,” ungkapnya.
Dirinya mengakui, pihaknya masih dalam tahap belajar dalam pengelolaan sebuah objek wisata. Maka dirinya mengakui tentu masih banyak kekurangan disana-sini.
Namun dirinya menegaskan akan terus mengembangkan kawasan tersebut agar lebih layak jual bagi wisatawan.
“Kita juga memiliki agenda rutin tahunan yang dilaksanakan pada setiap pertengahan bulan Desember. Kegiatan tersebut berupa lomba lintas alam,”ungkapnya.
Pesertanya ratusan orang dan datang dari berbagai kota di Jawa Barat dan Jawa tengah, seperti Cilacap, Purwokerto, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan lainnya.
Legenda Situ Cisamping
Selain kesejukan dan keindahannya, Situ Cisamping memiliki sejumlah kisah unik. Menurut cerita masyarakat sekitar, situ ini tidak pernah kering walau musim kemarau panjang tengah melanda. Seperti yang pernah terjadi sekitar tahun 1980-an. Saat itu kemarau hingga 9 bulan, tapi debet air danau ini tetap seperti biasa. Praktis warga sekitar memanfaatkan air situ tersebut karena sumur-sumur warga sudah kering dirundung kemarau.
Abah Ija (80), salah satu warga setempat menuturkan, bukan cuma pesona keindahan yang dimiliki Situ Cisamping. Bukan pula cuma manfaatnya untuk kehidupan masyarakat sekitar.
Kata dia, situ ini juga mengandung cerita yang turun-temurun beredar masyarakat. Salah satunya terkait alasan situ ini dinamai Cisamping.
Abah Ija melanjutkan cerita turun-temurun tersebut. Situ Cisamping, katanya, dipercaya merupakan salah satu bekas perjalanan seorang tokoh masa lalu bernama Dalem Sembah Agung. Perjalanan tersebut dia lakukan untuk mencari putranya yang masih bayi. Sang putra bernama Rangga Carita yang lebih dikenal dengan nama Sulton Muradi.
Konon di danau inilah, Dalem Sembah Agung menemukan samping (kain) anaknya yang hilang dari ayunan tersebut. Maka danau ini pun dinamai Situ Cisamping.
Bahkan dalam cerita turun-temurun itu pula, salah satu mata air di situ ini disebutkan sebagai tempat mandi para bidadari dari khayangan. (Iwan Mulyadi/WP)