wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Raut wajah Sahdi (35) tampak sedih saat bercerita tentang nasib petani kelapa di Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Kesedihannya mewakili para petani Kelapa lainnya. Selama 7 bulan terakhir harga kelapa di wilayah itu terus bergerak turun, bahkan hingga Rp. 600 hingga Rp. 800 per butirnya.
Jika lokasi kebun kelapa semakin jauh dari jalan raya, harga kelapa pun pasti anjlok tajam. “Jujur, petani kelapa sedang menjerit. Di satu sisi harga kelapa semakin murah, tetapi harga barang kebutuhan bertambah mahal,” kata Sahdi, Rabu (18/7/2018)
“Mungkin para elite politik di Bandung dan Jakarta sibuk mengurusi kursi legislatif sehingga lupa memerhatikan nasib kami rakyat kecil di selatan Jabar. Akibatnya, kami harus menghadapi harga kelapa yang terus anjlok ini,” ujarnya.
Menurut Abdul (35), petani kelapa lainya, kondisi saat ini tidak menguntungkan untuk petani. Saat ini dia hanya dapat memanen kelapa sekitar 100 butir per hari. “Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan sekitar sembilan bulan lalu sekitar 200 butir per hari,” kata Abdul.
Bagi masyarakat Pangandaran dan wilayah selatan Jabar umumnya kelapa telah menjadi sumber pendapatan utama. Kelapa-kelapa itu dibudidayakan penduduk setempat secara turun-temurun sejak puluhan tahun silam.
Anggota DPRD Kabupaten Pangandaran Sri Rahayu menyampaikan keprihatinan atas kondisi ini. Dirinya menegaskan akan segera turun ke lapangan bersama dinas terkait.
“Kasian petani, makanya kita sedang cari solusi terbaik. Saat ini harga berkisar Rp. 600 hingga Rp. 800 per butir, tergantung pengusaha kelapanya,”terang Sri.
Menurut Sri, sekarang ada Koperasi Mitra Kelapa di Kecamatan perigi. Melalui Koperasi tersebut harganya bisa sampai Rp. 1400 per butir, tapi khusus untuk anggotanya.
“Kita akan bergerak dari sana. Kita akan jadikan contoh. Semoga segera ada solusinya,”kata Sri. (Iwan Mulyadi/WP)