Kisah Relawan Bencana Ciamis, Bertaruh Nyawa Di Tengah Keterbatasan Sarana

Pusdalops, Besar Nyali Minim Pelindung Diri

Orang selalu lari berhamburan ketika ada bencana. Mereka menghindar demi menyelamatkan diri. Ini biasa dan sangat manusiawi. Tapi berbeda dengan para anggota Pusdalops. Saat mendengar kabar terjadi bencana, justru sebaliknya, mereka bergegas menuju lokasi kejadian. Di benak mereka, hanya terpikir bagaimana cara menyelamatkan nyawa orang lain. Meski terkadang, nyawa sendiri dipertaruhkan. Dan ini artinya, urusan nyali relawan bencana, tak perlu rasanya dipertanyakan lagi.

“Ya, kami berbagi shift. Harus selalu ada yang siaga di antara kami. Dan ketika ada kabar bencana, semua berangkat. Kami dilatih untuk siaga 24/7,” terang Iwan, salah seorang anggota Pusdalops lainnya.

Saat berita ini diturunkan, Pusdalops tercatat memiliki 30 orang anggota. Umumnya mereka berasal dari organisasi-organisasi lingkungan hidup yang sudah banyak makan asam garam di dunia kebencanaan. Sebut saja misalnya SAR Jeram Seribu atau SOG Rescue Indonesia. Ada juga relawan medis dari PMI.

Ke-30 orang anggota Pusdalops sudah membiasakan diri siaga setiap saat. Honor yang hanya beberapa ratus ribu per bulan bukan menjadi hambatan bagi mereka untuk beraksi demi kemanusiaan. Bahkan, itu mereka lakukan meski minim dukungan sarana dan prasarana.

“Alhamdulillah, kami mendapat honor bulanan sebesar Rp. 700 ribu. Itu baru berjalan tahun ini. Sebelumnya di bawah itu, dan dulu tidak dibayarkan bulanan, tapi dirapel di akhir tahun. Besaran honor sama sekali bukan masalah bagi kami,” terang Iwan.

Mereka begitu tulus, urusan besaran honor bukan prioritas. Namun demikian, bukan berarti mereka juga tak memiliki harapan. Seperti relawan dan aktifis kebencaan lainnya di Ciamis, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai adalah hal yang selalu mereka impikan.

“Ciamis tidak punya Alat Pelindung Diri (APD) untuk bencana kebakaran. Atau misalnya kalau ada banjir besar, saya tidak bisa bayangkan bagaimana repotnya, karena Ciamis tidak memiliki perahu. Sementara ini kalau perlu perahu itu pakai punya organisasi kami. Itupun perahu berusia tua, sudah banyak yagng bocor. Dan mustahil membantu korban dengan berenang,” papar Yayang, Ketua SAR Jeram Seribu Kabupaten Ciamis.

Siapa Bertanggungjawab? (Halaman Selanjutnya…)

berita ciamisbnpbbpbd ciamisbpbd jabarbpjskebakaranpemda ciamisterbakar
Comments (0)
Add Comment