wartapriangan.com, BERITA BANJAR. Musim kemarau menyebabkan sejumlah wilayah di Kota Banjar mulai mengalami krisis air bersih. Seperti halnya yang dialami warga Lingkungan Pangadegan, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Terpaksa harus memanfaatkan air yang ada pada “Sumur Siuk” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah seorang warga Reni Purnamasari (23), saat ditemui dilokasi sumur siuk, Senin (10/09/2018), mengungkapkan, sejak sumber air dan sumur-sumur yang ada diwilayah sini mengering, warga terpaksa harus menggunakan air yang bersumber dari sumur siuk untuk mencuci, mandi, dan untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
Reni, mengatakan dirinya dan warga lainnya yang ada diwilayah sini, bila membutuhkan air bersih, yang bersumber dari sumur Siuk harus menempuh jarak sekitar 200 meter, dengan menuruni dan menaiki jalanan terjal, dan berbatu.
“Saya dan warga lainnya disini, sudah kesulitan mendapatkan air sekitar 4 bulanan, karena sumber air dan sumur-sumur warga sudah mengering. Ya, ini mencari alternatif memanfatakan air yang ada di sumber mata air sumur siuk,” katanya
Menurut Reni, meski kekeringan sudah terjadi hampir sekitar empat bulan, namun belum ada bantuan air bersih dari Pemerintah datang ke daerah ini.
“Setiap musim kemarau datang, warga yang tinggal diwilayah sini selalu menjadi langganan kekeringan” ungkapnya.
Lanjut Reni, hingga kini pemerintah baru menyimpan toren/tandon penampung air, kalau untuk pengiriman air hingga kini belum pernah dilakukannya. Bahkan Pemerintah juga wacanannya mau membuat sumur bor diwilayah sini, namun karena persyaratannya harus ada 25 KK yang tinggal diwilayah ini, sedangkan sekarang baru ada 18 KK yang tinggal disini, sehingga wacana sumur bor tersebut hingga sekarang belum terealisasi.
Hal senada juga diungkapkan warga lainnya Misrah (53), yang juga mengalami krisis air bersih dan harus memenuhi kebutuhan air dengan mengambil air dari sumur siuk.
Sumber air yang biasa ia gunakan sudah tidak mengeluarkan air lagi, sedangkan untuk membuat sumur bor dirinya merasa belum mampu dan terkendala dengan biaya. (Baehaki/WP)