Makna Munggahan Menurut Warga Ciamis
wartapriangan.com, BERITA CIAMIS: Tradisi munggahan merupakan budaya umat muslim Indonesia dalam menyambut kebahagiaan bulan suci Ramadan 1440 H. Tradisi munggahan kerap dilakukan oleh umat muslim di seluruh penjuru Indonesia dengan cara berkumpul makan bersama serta berziarah ke makam keluarga. Tradisi munggahan pun adalah hasanah umat Islam terutama suku Sunda yang dilakukan secara turun temurun.
Seperti di Desa Bangunharja, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis, tradisi munggahan dilakukan warga untuk saling bersilaturahim menemui sanak famili dengan mengucapkan serta meminta maaf sesama manusia. Selain itu, warga yang tinggal di sekitar sungai Cijolang ini kemudian melakukan makan bersama di makam setelah mereka memanjatkan doa kepada keluarga mereka yang telah meninggal.
“Munggahan merupakan tradisi umat Islam suku Sunda. Muggahan diambil dari kata Sunda yaitu unggah yang artinya naik. Munggahan ini sering dilakukan pada akhir bulan Sya’ban, sehingga naik disini dapat diartikan bahwa umat muslim Sunda akan naik pada bulan Ramadan dari bulan Sya’ban dan harus disambut dengan suka cita,” ungkap, budayawan muda, Desa Bangunharja, Syarif Hidayat, Minggu (05/05/2019).
Tradisi munggahan lanjut Syarif merupakan bentuk rasa syukur umat Islam untuk menyambut datangnya bulan puasa. Dan biasanya diisi dengan memanjatkan do’a, serta berkumpul dengan saudara, saling bermaafan, serta membersihkan makam.
“Ada pula warga mengisinya dengan botram setelah mereka membersihkan makam keluarganya. Hasanah budaya inilah merupakan jati diri bangsa yang mengandung makna budaya saling gotong royong, kasih mengasihi, saling menghargai sesama umat dan yang paling utama yakni menjaga nilai ukhuwah Islamiah,” imbuhnya.
Melansir dari laman Kemenag RI, Pemerintah Republik Indonesia akan menggelar sidang Isbat awal Ramadan 1440 H pada sore ini pukul 17.00 WIB, di Auditorium HM. Rasjidi, Gedung Kementrian Agama Jln M.H Thamrin, Jakarta. Hasil sidang Isbat akan diumumkan pada pukul 19.00 WIB. (*)